Mohon tunggu...
KOMENTAR
Dongeng Pilihan

Permaisuri Tertipu Malu

19 Februari 2014   22:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:40 151 6

Adalah seorang permaisuri raja yang sangat senang berhias tanpa batas. Salah satu kegemarannya adalah memakai gaun dari desainer ternama, apalagi yang dihiasi bebatuan. Baginda raja amat memanjakan permaisuri yang cantik jelita itu, dengan segala pilihannya. Apalah arti tumpukan upeti dan harta tanpa permaisuri tercinta? Begitu pikir Raja.

Dalam setiap penampilannya, baik di dalam istana maupun dalam kunjungan kepada rakyat, gaun-gaun permaisuri selalu mengundang decak kagum yang melihatnya. Luar biasa! Tidak ada seorangpun yang menggunjing penampilan permaisuri yang ’wah.’ Tiada orang yang membahas tentangnya. Tak pernah ada yang mengusiknya. Tak berani seorang pun yang bertanya, berapa harga dari pembuatan gaunnya. Barangkali bisa untuk membangun sebuah perumahan yang layak huni bagi rakyat yang masih menderita di sekitaristana?

Banyak rakyat berfantasi, mengelu-elukan permaisuri. Padahal, barangkali dalam hati, rakyat kesal. Bisa jadi lambat laun, Baginda raja merasakan suasana yang tidak biasa saat permaisuri menghambur-hamburkan harta. Mestinya penasehat istana membisikkan yang sebenarnya. Tetapi karena semua orang segan dan sungkan berkata-kata, permaisuri raja tetap sesukanya.

Hingga suatu hari, datanglah seorang desainer terkenal menghadap raja.

„Baginda, hamba datang dari negeri seberang. Hamba mendengar kabar, permaisuri Paduka menyenangi gaun yang indah, apalagi dengan sentuhan bebatuan. Hamba bersedia menyediakan gaun yang sungguh berkilau. Sehingga membuat orang tak tahan melihatnya hingga menutup mata.“

Bagindapun memanggil permaisuri untuk mematut diri di depan cermin, mencoba gaun yang dibawa sang desainer termasyur. Benarlah demikian adanya. Baginda, penasehat istana, semua dayang, dan desainer pun menutup mata!

„Wahai desainer, aku ambil gaun ini untuk menemani Baginda dalam kunjungan ke negeri tetangga minggu depan. Engkau benar. Gaun ini indah sekali dan memiliki hiasan bebatuan yang berkilau, sampai-sampai kalian pun menutup mata. Seperti katamu. Aku yakin kilaunya memesona hingga tak ada mata yang kuasa menahan pantulannya.“

***

Seminggu kemudian, keluarga istana mengunjungi negara tetangga. Seperti biasa, Baginda dan permaisuri diikuti pengawal istana. Dan memang betul ... sepanjang perjalanan, para pengawal istana menutup mata. Begitu pula mata Baginda. Permaisuri tersenyum puas merasakan efek kilauan baju yang dipakainya.

Setiba di istana kerajaan tetangga, semua penduduk yang menanti kehadiran kunjungan mereka, menutup mata pula. Permaisuri bangga. Hingga suatu kali rombongan melewati seorang anak balita yang akhirnya berteriak:

„Ha ha ha ... permaisuri raja negeri tetangga tak memakai gaun. Ia hanya memakai pakaian dalam saja!“ Semua penduduk yang hadir terkejut, memandangi si bocah lanang dan membuka mata yang sejak awal, mereka tutup dengan telapak tangan. Nyatanya, iya! Permaisuri raja memang tidak memakai gaun, seperti kata bocah polos itu. Dari tadi, tangan mereka menutupi mata karena menghormati Baginda Raja dan Permaisuri kerajaan negeri tetangga yang sedang berkunjung. Mereka memang malu sendiri dan takut mengatakannya saat melihat pemandangan yang tak biasa; permaisuri hanya memakai celana dalam, stocking dan korset saja!

Semua rakyat negeri yang sedang dikunjungi Baginda dan Permaisuri itu tertawa terbahak-bahak. Baginda merah padam. Tersadar, selama ini ia menjadi bahan lawakan rakyat negerinya bahkan rakyat negeri tetangga yang sedang mereka kunjungi kali ini. Semuanya akibat kebiasaan pamer baju permaisuri. Kunjungan kepada raja negeri tetangga, dibatalkan. Baginda raja dan permaisuri kembali ke negerinya detik itu juga.

***

Ya. Permaisuri tertipu desainer ternama yang mengatakan merancang gaun khusus dengan kilauan bebatuan yang menyilaukan mata hingga membuat orang yang melihatnya menutup mata. Betul, karena gaun itu unsichtbar, tidak terlihat alias pura-pura! Sehingga permaisuri sebenarnya tak memakai baju dan orang-orang menutup mata. Bukan karena kilau batu.

Baginda tidak menyalahkan desainer atau memenjarakannya. Ada hikmah di balik penipuan yang dilakukannya, dan itu berharga melawan ketamakan permaisuri mengkoleksi gaun indah, mahal dan dihiasi bebatuan mulia di atas penderitaan rakyat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun