Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

[FSC] Surat Cinta Untuk Ayah

13 Agustus 2011   12:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:50 243 11
Untuk Ayahanda tercinta, Ayah, saat aku menuliskan ini, aku sedang duduk sendiri di bawah pohon pinus tepat dimana dulu kita menanamnya bersama, Dan sekarang tempat ini menjadi tempatku menuliskan setiap sepiku, mengukir kepingan pilu yang sebagian terukir pada nisanmu dan sebagian lagi tersimpan pada pesona senja yang menghilang pada langit kelam. Senyum tulusmu serupa lengkung sabit perak diatas angkasa masih saja selalu menemani tidurku yang lelap menghias lembar hari dimana aku masih belum juga bisa berdamai dengan kerelaan. Ayah, sampai saat ini aku masih mengeja dan meraba mengenali setiap rasa yang menjelma dalam setiap hariku. Aku mulai lelah berteman sunyi dalam kamar penuh debu, tembok dinding berlubang sesisa lukisanmu yang kini usang, terperangkap pada kelambu keheningan dan berada dalam ruang yang semakin pengap. Aku jenggah terus bersama dengan diri yang tak pernah mau mengerti dan menerima akan titah - Nya, sungguh aku masih merindukanmu. Aku masih disini Ayah, masih tetap menahan bulir kristal yang tak henti menerobos benteng pelupuk mata, kembali memungut semua sisa kenangan kita dulu dengan memandangi langit senja dan mulai menanti hujan. Karena setelah hujan turun maka keindahan pelangi akan datang menggantikan hujan, itu yang dulu selalu ayah katakan saat aku mulai mengeluh dengan penatku. Senja ini hujan turun dengan ritme lembutnya, suara indah rintik-rintik kecilnya jatuh pada seng usang penutup rumah kita tedengar seperti nyanyian malaikat kecil dengan biola mungil mereka. Ayah,akan kutitipkan rinduku pada deras hujan yang kan berganti dengan bias indah pelangi nanti untukmu. Aku sungguh merindukanmu, mengalahkan rindu padang tandus akan hujan. .

Nomor : 176, Gadis Kupu-Kupu

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun