RSC(30/03/2012)-Tak ada dalam sebuah perjuangan penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)tanpa tetesan darah. Bahkan nyawa menjadi taruhan sepertinya sudah menjadi prosesnya, melakukan sebuah perjuangan mesti mengeluarkan darah. Sejak 27 Maret gelombang massa turun ke jalan dengan embel-embel tolak kenaikan BBM. Hingga hari ini tetap ada gerakan massa. Apa jadinya kalau sejarah bakal terulang kembali ketika 1998 ketika mahasisiwa berhasil menduduki senayan. Dan sepertinya dengan cara seperti ini otoritas terkait mengerti apa itu keinginan rakyat. Bersimbah darah para pemuda yang lantang menyuarakan pendapatnya. Pertanyaannya kenapa mereka berani turun ke jalan?.