Pada akhirnya, ia tertinggal. Duduk diantara aspal hitam, bersandar pada pilar lebar berwarna abu. Raut wajahnya seolah jiwa bergantung pada kereta. Karung hitam disamping, 10 kilogram estimasi. Berisi sepatu, sendal, dan segala kebutuhan alas kaki umat manusia. Bermodalkan tulang punggung kekar, ia menggotong karung itu ke tepi rel kereta. Entah apa yang ada di pikirannya, berdiri menunggu kereta selanjutnya.