Langit kamar Kev---lebih tepatnya, selembar plafon berwarna putih kusam yang dihiasi noda lembab samar, hasil kebocoran tak diakui dari tetangga di atasnya---memantul di bola matanya yang separuh terbuka, seolah mengatakan sesuatu yang penting tapi tertahan. Di sekelilingnya, cahaya kuning lampu tidur berpendar dengan cara yang membuat segalanya tampak lebih nyata dan lebih tidak nyata pada saat bersamaan (kalau itu masuk akal, dan dalam dunia Kev, hal-hal seperti ini memang jarang masuk akal). Bayangan perabotan murahan yang dia beli ketika baru pindah tiga tahun lalu menempel di dinding seperti ingatan-ingatan yang tidak bisa dia hilangkan, tidak peduli seberapa keras dia mencoba. Di sebelah kirinya, dinding dingin yang entah kenapa selalu terasa dingin, bahkan di tengah musim panas, sementara di sebelah kanannya---ruang kosong. Bukan hanya ruang kosong fisik, tapi semacam kehampaan yang begitu keras, begitu solid sehingga Kev bisa merasakannya menekan dari segala arah.
KEMBALI KE ARTIKEL