WANI PIRO?
(BERANI BERAPA?)
Ungkapan dari sebuah iklan produk konsumtif, yang sering muncul di layer TV anda, menjadi tend mark belakangan ini. Lha, bagaimana memaknai ungkapan ini untuk mendapatkan spiritualitas yang bisa kita ejawantahkan(wujudnyatakan) dalam kehidupan sehari-hari?
Ungkapan dengan nada provokatif dan menantang bukan?
Saya menemukan beberapa pendapat tentang “wani piro”tadi demikian:
Wani Piro, Ungkapan Lucu sekaligus Bernada Satire
Kaget campur geli ketika staf saya berkata demikian sambil nyengir. Ungkapan itu muncul tadi pagi ketika saya memintanya untuk mengambil map laporan di ruangan atasan. "Yang warna biru ya?" demikian permintaan sederhana saya."OK, wani piro Pak ?"jawabnya.Weleh, kami pun ketawa ngakak. Suasana benar-benar cair.
Awalnya saya tidak pernah tau apa artinya "Wani Piro". Tapi syukurlah sebulan yang lalu saya mendapatkan maknanya dariinternet. Agaknya ungkapan dalam bahasa Jawa itu sungguh bermakna dalam. Tidak hanya sederhana, ungkapan itu mengandung satire dan kritik sosial, sekaligus mengundang tawa. Lucu, karena begitu diucapkan, kita seolah mentertawakan budaya korupsi yang menggurita di negeri ini. Kata-kata itu terasa menggelikan ketika setiap perintah atau permintaan bantuan selalu diiringi pamrih.
Menurut saya, ungkapan ini sangat bagus untuk introspeksi massal. Tidak hanya sekedar mencairkan suasana dengan komedi situasinya, namun sanggup mengusik nurani bagi yang mendengarnya.