[caption id="" align="aligncenter" width="363" caption="mengantar jenazah - dok pribadi"][/caption] Bagaimana mengurus jemaah haji yang meninggal saat di Mekah dan Madinah? Saya punya pengalaman mengurus jemaah yang meninggal pada tahun 2008. Semoga pengalaman ini bermanfaat. [caption id="" align="aligncenter" width="430" caption="Ambulan pengantar jenazah - dok pribadi"][/caption] Pengurusannya sebetulnya sangat simpel. Yang pertama harus dilakukan adalah lapor kepada ketua kloter. Ketua kloter akan mengecek jemaah ditemani oleh dokter, untuk memastikan dan mencatat sebab-sebab kematian jemaah. Setelah lapor ketua kloter, tinggal menunggu saja, karena ketua kloter akan melaporkan ke Maktab dan Daker (daerah kerja). Setelah, pihak maktab mendapat laporan, biasanya mereka akan melihat langsung kondisi mayat. Jika pihak maktab telah melihat jenazah, barulah mereka akan menghubungi pihak penyelenggara pemulasaraan jenazah. Pihak pemulasara jenazah inilah yang akan mengurus jenazah hingga penguburan. Pemulasaraan jenazah yang dilakukan oleh yayasan-yayasan swasta ini bersifat gratis. Kalaupun mau mengeluarkan uang hendaknya dimasukan ke dalam kotak infak yang ada di kantor yayasan atau mengirim lewat rekening. Besar kemungkinan petugas pemakaman akan meminta uang
bakhsyis (uang tip) yang bisa diberi seikhlasnya. Saat jenazah diserahkan, petugas dari yayasan akan menawarkan apakah jenazah minta dishalatkan di Haram (sebutan untuk Mesjidil Haram atau Mesjid Nabawi) atau tidak. Jika ingin dishalatkan di Haram, maka perlu ada orang yang menyertainya minimal 2 orang. Jika tidak ingin dishalatkan di Haram, maka keluarga bisa menyertainya ke tempat pemandian atau menyerahkan sepenuhnya kepada petugas. Sekedar tambahan informasi, para wanita tak diperbolehkan ikut ke tempat pemandian jenazah (apalagi ke kubur). Oleh karena para wanita harus sudah berpisah secara total di maktab tempat menginap. Jenazah akan dibawa dulu ke tempat registrasi kubur. semacam reservasi tempat penguburan. Di Mekah ada dua kuburan yang biasa dipakai untuk jemaah haji, Ma'la dan Tsurayya. Setela itu barulah jenazah dibawa ke tempat pemandian. [caption id="" align="aligncenter" width="538" caption="ruang tunggu - dok. pribadi"][/caption] Tempat pemandiannya sudah sangat bagus dan modern. Sayang keluarga dan pengantar tak diperbolehkan masuk dan ikut memandikan. Jadi saya menunggu di ruang tamu. Di ruang tamu, disediakan makanan ringan dan minuman dingin atau hangat. Tak perlu khawatir kelaparan atau kehausan ketika menanti proses pemandian jenazah. Jenazah yang tidak akan dishalatkan di Haram akan di bawa ke mesjid sebelah pemandian dan dishalatkan di sana, lalu dibawa langsung ke pekuburan. Bagi jenazah yang akan dishalatkan di Haram pihak keluarga atau pendamping akan dipanggil dan didata untuk memastikan kesiapannya. Setelah proses pemandian selesai dan jenazah dimasukan ke ambulan, keluarga dan pendamping dipanggil dan dikenalkan pada supir ambulan. Setelah mendapat surat keterangan untuk masuk ke Haram, maka rombongan kami pergi ke Haram. Surat pengantar itu sangat penting. jangan harap bisa masuk ke Haram sambil membawa jenazah tanpa surat jalan tersebut. Jangan khawatir tak bisa membawa keranda karena berdua, karena jemaah haji yang lain akan segera membantu begitu melihat ada keranda mayat. Ternyata itu juga trik untuk masuk ke wilayah Haram yang pada waktu shalat sudah sangat padat. Jenazah diarahkan ke Pintu Ismail, pintu di belakang bukit Shafa. Di sana sudah ada petugas yang meminta saya menunjukan surat jalan. setelah melihat surat jalan itu, jenazah dipersilahkan masuk dan ditempatkan di bawah tempat azan. ternyata di sana sudah ada beberapa jenazah berjajar. Selesai shalat wajib, imam akan mengatakan
"as shalatu ala amwat" yang menandakan komando untuk melaksanakan shalat jenazah. Sebaiknya ikuti saja shalat-shalat jenazah yang dilakukan setelah selesai shalat wajib. Setelah pelaksanaan shalat mayat, jenazah harus dibawa lagi ke ambulan. Di sinipun jemaah haji berebut menggotong keranda hingga ke ambulan. Barulah ambulan bergerak ke tempat pemakaman. Di pemakampun sudah ada pekerja-pekerja yang bertugas. Jenazah yang saya bawa mendapat jatah pekuburan Tsurayya. Menjelang Isya saya menurunkan jenazah ke dalam kubur. Saya pernah mendapat info bahwa kuburan di Saudi itu seperti kuburan massal. artinya satu lubang kubur bisa diisi beberapa jemaah. Semenjak di Haram, saya berdoa agar mendapat kubur yang masih kosong. Pasti gemetar juga pas turun ke lubang kubur dan menginjak jenazah-jenazah yang sudah dikubur duluan. Takut pas keinjak ada yang teriak. Alhamdulillah dapat kubur yang masih kosong. Kuburannya memang sudah permanen. Sebuah lubang yang dibeton dan dasarnya pasir. Wajar saja kalau satu lubang diisi beberapa jenazah. Karena lubang itu bisa diisi lebih dari 10 jenazah. Masih menurut kabar burung, jenazah-jenazah yang dikubur di Ma'la atau Tsurayya, akan digali lagi dan dipindahkan ke tempat lain. Sehingga kuburan itu bisa dipakai lagi untuk jemaah haji tahun depannya. [caption id="" align="aligncenter" width="447" caption="Ruang memandikan - dok pribadi"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="672" caption="ambulan ke haram - dok. pribadi"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="672" caption="Komplek pekuburan tsurayya - dok pribadi"][/caption]
KEMBALI KE ARTIKEL