Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Mengenalkan Keagungan Leluhur dengan Wisata Ke Gunung Padang

21 Oktober 2014   22:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:13 30 0
Sehari setelah melakukan wawancara di ajang pameran IIMS 2014, teman saya, Misbah, mengajak pergi ke Gunung Padang. Segera saja saya menyetujui ajakannya. Akhirnya dua keluarga yang harmonis dengan nasib yang hampir sama ini pergi ke Gunung Padang. Nasibnya sama karena seperti saya, dua anaknya juga nyantri di tempat yang jauh. Dua anak saya dan istri nyantri di Tebu Ireng, sementara dua anaknya Kang Misbah dan Emas nyantri di Tasikmalaya. Yang di rumah tinggal satu anak laki-laki. Sama kan. Untuk menghindari kepadatan lalu lintas bandung Jam 6 pagi hari, kami sudah melesat meninggalkan Bandung. Tahu kan pada hari Ahad itu (28/09/14) Kota Bandung mau memperingati ultahnya yang ke 204. Jalan Dago sudah ditutup saat kami lewat pagi itu. [caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="sambil tes hadiah GPS dari Kompasiana (Dokpri)"][/caption] Perjalanan santai dan lancar menelusuri jalur Bandung – Jakarta via puncak. Melewati Situ Ciburuy yang terkenal dalam lagu Bubuy Bulan. Melewati kawasan Tagog Apu yang eksotis dan indah. Perasaan miris terbersit saat melihat gunung-gunung kapur yang indah terkikis sedikit demi sedikit oleh gerusan beko yang menambang bukit kapur tua dan memiliki nilai sejarah yang luar biasa bagi kota Bandung. Di kawasan inilah ditemukan gua pawon dengan kerangka manusia purba bungkuk yang terkenal. Di kawasan ini pula dapat ditemukan jembatan lengkung purba yang sangat langka. Di kawasan ini pula terdapat kawasan bebatuan yang dikenal sebagai garden stone. Aiih mellow banget ya. Mobil terus melaju tanpa hambatan di jalur Rajamandala menuju Ciranjang. Satu-satunya hambatan adalah bunyi koor perut yang meminta diisi dengan sesuatu yang lebih berbobot dari sekedar seduhan kopi. Apalagi anak-anak sudah meminta untuk memenuhi hajat alamiahnya. [caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="Nyabu dulu yaa (dokpri)"][/caption] Kami berhenti di tempat bubur ayam Cianjur. Bubur ayam Cianjur memang sedikit berbeda dengan yang biasa dijual di Bandung. Ada tambahan sedikit rempah-rempah dan sayuran yang menambah cita rasanya.Setelah semua kebutuhan alamiah terpenuhi, kami kembali melakukan perjalanan menuju Gunung Padang, sebuah tempat megalitik purba yang misterius dan indah. Tak jauh setelah melewati jalan Warung Kondang sudah ada petunjuk menuju Gunung Padang. Masih 20 km lagi. Kira-kira 1 jam perjalanan karena kondisi jalan yang tidak baik di sebagian besar tempat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun