Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Aprak-aprakan Ke Bosscha

31 Januari 2015   12:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:03 78 1

Disambut oleh semilirnya angin segar, yang menelisik sela-sela dedaunan teh di perkebunan Malabar. Walau sedikit jalan menuju makamnya tidak begitu bagus namun undangan untuk mengunjunginya telah lama saya pendam. Bersama dengan dua orang muridku, Taufik Mardani dan Fahmi, kami mengunjungi Bosscha.

Perjalanan mengunjungi Bosscha adalah awal aprak-aprakan (perjalanan) saya mengelilingi Jawa Barat bagian selatan. Santolo adalah tujuan akhir dan Bosscha adalah ketidaksengajaan. Awalnya saya ingin mengunjungi stasiun radio Malabar, namun ternyata kebablasan. Daripada balik lagi saya pilih untuk mampir ke Bosscha.

Menemukan makam Bosscha, sangatlah mudah. Tanya saja di Pasar Pangalengan, orang akan menunjuk sebuah area perkebunan teh. Sampai di gerbang, Tanya lagi kepada penjaga dan dia akan menunjukan satu tempat yang sangat rindang. Mengapa perlu bertanya? Karena sedikit sekali penunjuk arah menuju makam Bosscha.

Makam Bosscha berada di tengah rindangnya pohon-pohon tua di hamparan hijau perkebunan teh Malabar. Makam berasitektur Eropa masihi dirawat dengan baik. Pusaranya merupakan kubah putih yang sudah berlumut. Makamnya dikelilingi pagar. Mungkin agar makam aman dan terjaga dari hal yang tak diinginkan.

Bberapa meter dari pintu pertama, terdapat prasasti bertuliskan sedikit biografi Bosscha, tanda jasa dan penghargaan yang diterima. Cukup untuk bisa memberikan informasi tentang orang tua gendut dalam foto di makam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun