Pertanyaannya: Apakah sesederhana itu? tentu saja tidak.
Investor disini bukan orang yang hanya duduk di depan grafik harga, kemudian memutuskan menjual atau membelinya pada saat yang tepat.
Dia membeli berdasarkan analisa akuntansi, manejemen dan share market perusahaan. Setelah saham terbeli mereka membenahi managemen perusahaan, sehingga laporan keuangan dan prospek perusahaan membaik. Saat itulah mereka menjualnya dan mendapat margin laba.
Jadi investor disini lebih bermakna perusahaan yang mengkususkan diri pada re-engineering dan restrukturisasi perusahaan beserta asetnya sehingga mempunya value yang yang tinggi.
Apa yang dimaksud dengan value?
Value adalah nilai perusahaan baik yang berupa aset fisik (tercantum dalam pembukuan) maupun yang tidak. Pada kenyataannya, tidak semua aset perusahaan tercantum sebagai aktiva perusahaan. Itu sebabnya saat terjadi akusisi biasanya dibeli beberapa kali di banding nilai bukunya.
Apa saja aset yang tidak mungkin tercantum dalam daftar aktiva perusahaan?
- Brand value (harga sebuah merk), dengan spesifikasi yang relatif sama tentu beda harga sebuah mobil yang ditempel merk Mercedes dan merk China, begitu juga tas Hermes dan bajakannya tentu beda. Harga sebuah merk tentu mahal karena mempresentasikan kualitas, reputasi dan gengsi.
- Sistem: Setiap perusahaan tentu mempunyai sebuah sistem manajemen mulai dari purchasing, produksi, marketing, dan semua aspek operasional sebuah perusahaan. SOP (standar operational procedure), sertifikasi ISO, dsb tidak pernah di bukukan sebagai aset.
- Tenaga kerja dan tim manajemen. Bahwa harga perekrutan tenaga kerja tidak pernah tercantum sebagai aset dalam pembukuan perusahaan.