Putra pertama almarhum, H.Engkos (71), mengungkapkan bahwa ayahnya itu memiliki impian yang besar untuk naik haji sejak cukup lama. Karena keinginannya yang besar itulah, semua anak dan cucu tidak ada yang berani melarangnya, “kami serahkan semuanya kepada Allah Swt, Bapak memang memiliki keinginan yang besar untuk menunaikan ibadah haji sudah sejak lama,” ucap dia.
“Setiap hari Selasa pagi almarhum rela berjalan kaki ke Mesjid Besar Ciawi untuk mengikuti pengajian, jarak dari kampung lampegan ke Ciawi tidak kurang dari 6 km,” bebernya bangga. Apa yang dilakukan oleh Bapak 8 anak, 20 Cucu dan 40 Cicit ini adalah untuk melatih fisik agar tahan dan kuat selama melaksanakan ibadah haji.
Hebatnya, ungkap Engkos, almarhum tidak pernah mau diantar ataupun memakai ojeg. Dia lebih senang berjalan kaki karena meyakini akan lebih sehat, selain dalam rangka berlatih ibadah haji. Melatih fisik. Jika jarak antara kampungnya 6 km ke Mesjid Besar Ciawi, maka jika pulang-pergi, sudah 12 km almarhum melatih fisiknya. Jalan kaki itu rutin dijalankan almarhum selama bertahun-tahun, “bapak dikenal sebagai ahli pengajian,” ujarnya seraya dibenarkan tetangga-tetanganya yang kebetulan berkumpul dirumah duka.
Almarhum sangat faham dan mengerti bahwa menunaikan ibadah haji itu harus kuat secara jasmani, rohani dan juga materi. Bisa jadi dia menyadari bahwa dirinya sudah terlalu sepuh untuk menunaikan sebuah ibadah yang perlu fisik ekstra prima. Dia juga mungkin mendengar banyak orang meragukan kemampuan fisiknya, namun setidaknya sebelum berangkat dia telah meyakinakan pada semua tetangga dan saudaranya, bahwa dia sehat dan bersemangat untuk menunaikan ibadah ditanah suci.
“Kebetulan tahun ini ada sodara yang berangkat, makanya Bapak juga ikut berangkat supaya ada yang menitipkan,” ujarnya. Jauh hari sebelum berangkat, kondisi almarhum sehat dan tidak ada keluhan penyakit yang berat kecuali asma. Selain itu, hasil pemeriksaan saat mendaftar haji dinyatakan juga bahwa almarhum sehat.
Sebelum berangkat, ungkap H.Engkos, tanda-tanda dari alamrhum sudah terlihat, selain karena ayahnya itu kelelahan, rona wajah pucat terlihat saat diberikan imunisasi dalam pemeriksaan kesehatan, “saat diimunisasi sebelum berangkat, bapak sudah terlihat pucat,” ucapnya seraya menyebutkan jenis imuniasai peningitis untuk memberikan kekebalan tubuh kepada calon jemaah haji, “hingga akhirnya kami mendengar setibanya di Madinah Baak sakit, kemudian dirawat dan hari ini sekitar pukul 12.00 Wib kami mendapatkan kabar sudah wafat,” ungkapnya.
Seluruh keluarga sudah mengikhlaskan kepergian almarhum di tanah suci. Rencanya, mulai hari ini akan digelar tahlilan untuk mendo'akan H.Engkos yang telah dikebumikan di tanah suci, “sebelum berangkat almarhum sudah mengatakan bahwa dia ikhlas kalaupun harus meninggal disana (tanah suci),” pungkasnya seraya mengharapkan do'a dari seluruh kaum muslimin-muslimat.