Toleransi itu penting loh, ayo belajar toleransi, bertoleransi itu bekal bagi masa depan yang sangat berharga. Mungkin kalimat-kalimat tadi sudah tak jarang didengar oleh kita selama ini. Begitupun dengan saya. Kurang lebih selama 20 tahun ini saya diajari untuk selalu menerapkan prinsip toleransi dalam menjalin relasi dengan sesama. Mungkin Anda juga demikian. Dan memang, sekilas prinsip toleransi ini terasa penting bagi standar terciptanya relasi yang harmonis. Sebagai contoh, untuk menciptakan relasi yang harmonis antar umat beragama, perlu ditanamkan prinsip toleransi. Salah satu bentuk implementasi konkretnya adalah, ketika ada upacara ibadah agama tertentu, hendaknya golongan masyarakat dari agama lain bisa menghormati ibadah tersebut dengan tidak membuat keributan di sekitar tempat ibadah, atau justru saling mengingatkan kepada sahabat-sahabat yang berbeda agama ketika sudah waktunya mereka menjalankan ritual ibadahnya. Atau toleransi yang ditinjau dari sisi usia. Mungkin bagi anak-anak usia 3-6 tahun masih sangat wajar apabila ketika mereka buang air, masih harus diceboki oleh orangtuanya. Lain halnya dengan seorang bapak-bapak yang katakanlah usianya sudah mencapai 35-40 tahun, namun kebiasaannya masih suka diceboki ketika buang air. Meski demikian, kita cenderung tidak bisa menyalahkan anak kecil yang diceboki karena ada batasan 'toleransi'. Istilah yang biasanya muncul adalah, 'ya harus bisa ditolerir dong, namanya juga anak kecil'.
KEMBALI KE ARTIKEL