"Jangan bercanda, Erna!" Kamu tertawa mengisi taman kompleks yang sepi.
Saat itu, siang yang terik, namun angin masih berbaik hati mengayunkan rambutku kian kemari.
"Kakak tau kalau aku tidak bercanda."
"Tapi aku ga bisa Erna, aku punya Shinta." Begitulah wajah seriusmu kembali. "Aku ga mau mendua. Terimakasih Erna, tapi maaf, aku ga bisa."
"Aku akan menunggu sampai kapan kakak akan sendiri lagi."
Aku tersenyum membayangkan kejadian itu. Aku sangat lugu pada saat itu. Tapi ternyata kamu mengingat janjiku itu dengan baik. Kamu selesai dengan Shinta dan kemudian ingin menemuiku. Besok aku akan menemuimu di taman dan berkata,
"Maaf Kak, aku mengingkari janjiku. Aku sudah jatuh cinta, dengan lelaki lain. Aku tidak berhasil menunggu dirimu."