Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Kerusuhan di Bangkok (2)

21 Mei 2010   16:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:03 634 0

Senin, 17 Mei 2010

Pagi ini sekitar pukul 9:00 diumumkan bahwa Mayor Jenderal Khattiya Sawatdhipol (Seh Daeng) yang tertembak di kepalanya pada hari kamis kemarin, meninggal dunia (Lihat).

Pertempuran masih terus berlangsung di beberapa tempat. Pihak universitas tempat saya belajar (Chulalongkorn University) menghimbau agar kami tetap berada di dalam rumah dan mereka juga menyediakan nomor telefon yang bisa dihubungi sewaktu-waktu jika kami membutuhkan bantuan

(Lihat).

Saya merasa agak lega karena tahu bahwa setidaknya ada satu lembaga (pihak universitas) yang masih peduli dan memikirkan keselamatan mahasiswanya di saat kritis seperti ini. Pagi ini saya ditelefon oleh Ms. Kanasom dari International Student of Engineering Chulalongkorn University yang ingin memastikan secara langsung apakah saya dan teman-teman (ada 5 orang mahasiswa dari Chulalongkorn University dan 3 orang dari Mahidol University yang tinggal di apartment yang saya tempati ini) masih baik-baik saja di tempat kami sekarang ini. Dia bilang kalau untuk saat ini situasi di Bangkok memang baru kacau tapi menurut dia daerah tempat tinggal saya masih tergolong aman.

Hari ini saya mendapat kabar bahwa ada 3 mahasiswa Indonesia yang tinggal di daerah Rang Nam yang baru mau dievakuasi oleh pihak KBRI. Terus terang saya merasa kaget karena pertempuran antara para demonstran dan tentara yang terjadi di daerah Rang Nam sudah berlangsung sejak beberapa hari yang lalu. Kalau menurut saya mereka seharusnya sudah dievakuasi sejak beberapa hari yang lalu. Tapi karena saya belum bisa menghubungi ketiga mahasiswa tersebut, jadi saya tidak tahu persis bagaimana cerita yang sebenarnya terjadi.

Namun yang juga menjadi tanda tanya bagi saya adalah kenapa bisa terjadi keterlambatan proses evakuasi ketiga mahasiswa tersebut? Setiap WNI yang akan menetap di Thailand biasanya disuruh untuk melapor ke KBRI, dimana kita harus menuliskan alamat kita di Thailand. Dengan adanya data tersebut, seharusnya pihak KBRI bisa melacak keberadaan warganya selama tinggal di Thailand dan mendeteksi siapa saja WNI yang berada di daerah konflik. Dan apakah tidak ada tahap-tahap proses evakuasi yang jelas? Bentrokan antara demonstran dan tentara militer terjadi sejak hari Jumat yang lalu. Apakah mungkin menurut Satgas KBRI hal itu belum cukup menjadi indikasi perlunya dilakukan evakuasi pada WNI yang tinggal di daerah tersebut? Entahlah saya kurang tahu bagaimana cara kerja Satgas dan bagaimana sebenarnya mekanisme pengevakuasian WNI di daerah konflik.

Selasa, 18 Mei 2010

Pagi ini saya kembali ditelefon oleh Ms. Kanasom yang memantau keadaan kami semua disini. Pertempuran antara para demonstran dan tentara masih terjadi. Suara-suara tembakan dan ledakan serta pemandangan asap hitam yang membumbung tinggi sudah terasa tidak asing lagi bagi saya. Beberapa toko seven-eleven masih buka tapi dengan jumlah makanan yang terbatas karena sepertinya mereka tidak mengisi kembali tokonya dengan barang baru, hanya menghabiskan stock lama.

Sore hari ini, semua WNI penghuni Athen apartment dikumpulkan untuk rapat di salah satu kamar penghuni. Intinya mereka memberitahu bahwa tadi pagi beberapa staff KBRI dan pak dubes mengadakan rapat dan mereka memutuskan bahwa kami HARUS mengosongkan apartment ini paling lambat besok pagi jam 10:00. Salah seorang penghuni bertanya bagaimana prosedur pemindahan kami dan kemana kami akan dipindahkan. Menurut keterangan mereka, para home staff, local staff dan guru-guru Sekolah Indonesia Bangkok akan dipindahkan ke area yang lebih aman. Menurut rencana pada saat itu ada 2 alternatif tempat pengungsian yaitu di Wat Arun atau di Rama Garden Hotel. Untuk WNI yang berstatus mahasiswa, proses pemindahan akan ditangani oleh Atdikbud. Berdasarkan komunikasi lewat telefon dengan Atdikbud, disebutkan bahwa transportasi pemindahan mahasiswa dari apartment ke tempat pengungsian akan ditanggung oleh KBRI. Tapi sayangnya saat kami menanyakan lebih lanjut tentang mekanisme evakuasi ini beliau belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut. Sedangkan untuk tempat pengungsian sementara, beliau menyarankan agar kami mencari informasi sendiri tentang tempat pengungsian yang sekiranya aman. Tempat pengungsian tersebut bisa di apartment mahasiswa Indonesia yang lain ataupun di hotel, tapi dengan biaya sendiri, dan nantinya kendaraan dari KBRI akan menjemput kami dari apartment dan mengantarkan sampai tempat tujuan. Jika kami tidak bisa menemukan tempat pengungsian, beliau bilang kami bisa tinggal di tempatnya. Sedangkan untuk WNI yang bukan home staff, local staff, guru SIB ataupun mahasiswa, mereka juga HARUS meninggalkan apartment ini tapi dengan biaya sendiri. Staff KBRI tersebut bilang kalau mereka masih akan rapat lagi malam ini untuk membicarakan lebih lanjut tentang proses evakuasi ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun