ruang dan waktu pada mereka untuk memikirkan kebutuhan sehari-hari.Setelah melongok
sana-sini akhirnya ada satu antrian yang memungkinkanku untuk bisa cepat keluar dari sini. Jam makan siang sudah hampir tiba, anak-anak pasti sudah kesal menunggu. Sambil antri sesekali kuperhatikan wajah-wajah yang antri dengan keterpaksaan. Sekalipun budaya antri sudah menjadi tradisi di sini bukan berarti mereka rela menghabiskan waktu
untuk berlama-lama.
Setelah berapa lama antrian tempatku menunggu tak bergeser juga. Sementara barisan sebelah yang lebih panjang sudah
berkurang banyak.
"Huuft, dasaar nenek-nenek, beli melon saja kayak beli berlian. Dasar peliit!" Gerutu orang yang antri di depanku.
"Memang kenapa?" tanyaku
"Itu tuh, si nenek. Dia nggak percaya dengan receipt yang diterimanya. Dia
ngeyel, kenapa 6.9 ditambah 6.3 bisa 13
dolar. Sudah dijelaskan dari tadi tetap tak
percaya."
Setelah melewati banyak punggung,
pemandanganku menangkap seorang
nenek yang masih bersikukuh kalau kasir
keliru menghitung belanjaannya. Bukan
rahasia umum lagi kalau nenek-nenek di sini terkenal dengan "keampuhan"
mereka. Anehnya sementara kita yang
antri menggerutu tak sabar, kasir dengan penuh kesabaran menjelaskan. Bukan
semata-mata profesional. Karena si nenek benar-benar menjengkelkan.
"Sudah, panggil managermu saja biar dia yang menjelaskan." Sebuah suara tak sabar mengusulkan.
"Bosku tak punya waktu untuk urusan
begini." Sahut kasir.
Setelah melalui nego yang menyita waktu dan emosi akhirnya nenek menyerah dalam ketidakmengertiaannya. Bagaimana mungkin 6 ditambah 6 samadengan 13??", dasaar bodoh!" gerutu sang nenek sambil pergi tanpa rasa bersalah.
Setelah giliranku, rasa ingin tahuku kutumpahkan Daripada penasaran lebih baik diutarakan.
"Cece, bagaimana kamu bisa sabar menghadapi ulah nenek tadi?"
"haah...aku hanya berpikir kalau sudah tua nanti bisa saja aku begitu. Kita tidak
tahu khan seperti apa setelah tua nanti?"
*Jleeb* kalimatnya benar-benar tepat
menghunjam di jantungku. Ternyata, selama ini kita begitu mudah menghakimi orang lain dan seringkali lupa, bagaimana kalau kita ada di posisi mereka.
Sham Tseng, 15 September 2012 *FAS*