Melihat si nelayan kecil menari dalam tubuh sampan ciliknya, di atas arus air, aku teringat akan jejak-jejak langkah mundur yang hampir hilang, waktu itu.
Si nelayan itu, terus maju, pantang mundur. Makin deras arus air, tak pudar  asyiknya. Ada yang berbeda antara Si Nelayan yang maju dan jejak langkah yang mundur.
Antara tapak-tapak kaki dan genggaman jari jemari, aku jatuh cinta pada eratnya si jemari menggenggam, menatap seakan-akan dekat, mendayung hingga tiba.
Jejak-jejak langkah mundur yang hampir hilang. Di penghujungmu, kuucapkan sayonara. Aku ingin berada bersama sampan cilik, dengan tarian nan indah, rintisan aura sang nelayan, aku ingin menggenggam tatapan yang jauh dalam langkah-langkahku yang sekarang.
Motadikin, 24/10/19