Entah sama atau tidak pandangan saya dengan kompasianer sekalian mengenai hal yang satu ini, tetapi semakin lama kalau diperhatikan ternyata ada hal menarik dari sekian banyak hal yang terjadi dengan partai Presiden kita, Susilo Bambang Yudhoyono. Ini tidak lain mengenai semakin merosotnya elektabilitas Partai Demokrat pimpinan Presiden kita, ini juga berkaitan dengan cara mereka bunuh diri di media yang kesemuanya tidak hanya dilakukan oleh orang-orang dekat SBY tetapi juga oleh Pak Presiden sendiri.
Banyak hal yang membuat PD dianggap membunuh dirinya sendiri, ini antara lain disebabkan beberapa hal yang di hari- hari terakhir dipertontonkan di media massa:
1. Pernyataan Presiden mengomentari kesaksian LHI
2. Komunikasi orang-orang dekat Presiden terkait pernyataan M. Rahmad yang sebenarnya bukan hal krusial apalagi jikalau mereka melakukan klarifikasi terlebih dahulu
3. Penghapusan tweet follower istri presiden, dan munculnya pembodohan-pembodohan
4. Komentar Nurhayati Ali Assegaf yang melawan mainstream yang ada, terlepas dia benar atau tidak maka mengomentari hal buruk mengenai Jokowi adalah salah satu cepat untuk menarik dukungan, entah berapa komentar yang sudah menghujat bu Nur ini di berbagai media sosial yang ada
5. Lagi-lagi komentar dari anggota DPR dari FPD yang membandingkan Jokowi dengan Foke, tak lain dan tak bukan komentar dari Si Poltak Ruhut Sitompul. Komentar negatif tentang kinerja Jokowi menjadikan masyarakat semakin antipati dengan Poltak dan tentunya arahnya ke partainya juga. Jokowi sedang memadu kasih dengan masyarakat kita, kok diganggu.
Tak kalah penting, cara bunuh diri yang perlahan-lahan dilakukan oleh para petinggi demokrat adalah kehadiran mereka di berbagai tv nasional sebagai narasumber. Sering kita lihat Ruhut, Ramadhan Pohan, Soetan Bhatoegana dan lainnya muncul di televisi nasional terutama di tv one milik ARB. Kalau saya melihat mereka, saya merasa kasihan karena sepertinya mereka sudah menjadi public enemy terutama dikarenakan oleh pewawancara tv one yang selalu kesannya memojokkan demokrat dan SBY dalam setiap kesempatan. Terlepas itu benar atau salah, maka kehadiran mereka sebagai narasumber selama bertahun-tahun ini menjadi salah satu faktor yang menurunkan elektabilitas demokrat karena beberapa elemen di masyarakat kadang muak dengan kehadiran mereka di televisi padahal mereka seringkali mengungkapkan beberapa hal yang memang logis dan sesuai fakta yang ada.
Itulah sedikit hal yang mungkin berkaitan dengan angka bicara yang diungkapkan Anas. Bukan tidak mungkin tingkat keterpilihan demokrat tinggal 5% saja di 2014, apalagi jika para petinggi demokrat berkomentar buruk mengenai Jokowi dan apalagi jika fakta persidangan LHI nanti mengungkapkan adanya hubungan bunda putri dengan Ketum Demokrat. Mati deh Demokrat.