Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Jendela Dunia Kita

26 Desember 2011   08:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:44 79 0

Mana yang lebih anda suka? Menonton TV? Mendengarkan radio? Atau membaca buku/majalah/novel?

Manapun yang anda pilih tidak ada yang salah. Kalau saya pribadi, saya suka menonton TV. Acara favorit saya bermacam-macam, dari acara drama keluarga, komedi, masak-memasak, sains, berita, sampai miniseri criminal sperti NCIS. Kenapa saya suka menonton TV ? Ya karena saya tinggal nongkrong saja. Semua sudah ada di dalam kotak ajaib itu, suara dan gambarnya komplit. Yang perlu saya lakukan hannya tinggal duduk dan mengikuti alur acara.

Saya suka menonton TV, tapi saya juga suka membaca. Saya tidak bisa menafikkan peran “buku maya”, yaitu setiap informasi yang saya baca dari internet. Tiap hari saya menggunakannya. Namun bisa dibilang saya termasuk orang kolot dalam urusan membaca, saya lebih suka buku dalam bentuk nyata, dalam bentuk kertas. Entah kenapa sampai saat ini saya belum bisa merasa nyaman dengan e-book (wah… gak Go Green, nih…). Buku meminta perhatian lumayan banyak. Mata saya (ya iyalah, buat membaca) dan tangan saya (buat megangin buku). Tak ada suara, bahkan terkadang tak ada gambar. Namun dengan ketidakadaannya ini, justru mebuat kita melatih kreatifitas dan imajinasi, karena kita pasti membayangkan apa yang sedang dibaca. Bahkan imajinasi kita bisa sangat bagus,loh. Ini dapat dibuktikan dari banyaknya penonton film yang kecewa ketika sebuah buku diangkat ke layar lebar. “Lebih keren bukunya.” Itu yang sering saya dengar.

Untuk memenuhi hobi saya yang satu ini, biasanya saya membeli buku atau majalah bekas. Karena harganya yang lebih murah, saya bisa membeli beberapa sekaligus. Memang jadinya kurang “update”, tapi beberapa majalah dan buku bisa dibaca kapan saja tanpa ada kesan ketinggalan jaman. Kecuali kalau yang anda maksud adalah yang berbau teknologi, tentu akan beda ceritanya.

Sangat disayangkan, belakangan ini alokasi waktu saya untuk membaca menurun drastis. Saya sering merasa “kehilangan waktu”. Saya adalah tipe orang yang tidak bisa membaca di dalam kendaraan yang sedang berjalan. Kalau nekat membaca, sudah bisa dipastikan akan pusing. Padahal perlu waktu 2,5 sampai 3 jam dalam sehari untuk pergi-pulang ke kantor dan tempat tinggal. Ini yang kadang mengakibatkan saya merasa mengalami kerugian waktu. Biasanya saya hanya bisa melihat dengan setengah iri kalau ada penumpang angkutan kota yang bisa dengan asyik membaca buku di dalam kendaraan. Hmmm.. I envy you….

Saya suka menonton TV dan membaca buku, tapi saya juga suka mendengarkan radio. Ada sebuah lagu dari tahun 70-an, The Buggles, sebuah grup dari Inggris menyanyikan lagu berjudul “Video Killed the Radio Star. Tapi menurut saya tidak seperti itu juga, radio masih ada di hati saya. Beberapa acara di radio dan pembawanya masih tetap melekat di hati saya.

Kenapa saya lebih suka mendengarkan radio daripada menonton TV? Karena radio tidak seegois TV, tidak meminta semua perhatian saya, radio hanya minta didengarkan. Selebihnya mata saya bebas. Kalau mata saya bebas, tangan saya juga bebas. Dengan kata lain saya masih bisa mengerjakan banyak hal. Saya bisa mendapatkan informasi terbaru, lagu-lagu yang sedang hits, tanpa harus meninggalkan pekerjaan saya. Oleh karena itu hampir setiap pagi saya menyalakan radio untuk menemani aktifitas sebelum berangkat kerja. Banyak hiburan dan informasi menarik yang bisa kita dapatkan di pagi hari.

Terus.. Mana yang lebih saya suka? Menonton TV, membaca buku atau mendengarkan radio? Ahahaha.. Saya suka semuanya! Ngapain dibikin ranking, kayak rapor anak sekolahan saja…Apapun medianya, yang penting kita harus pintar2 memilah dan memilih mana yang bisa mendatangkan manfaat buat kita. Acara, tayangan dan rubrik sampah? Ya buang saja di tempat sampah daripada sampah-sampah mengisi kepala anda.

OK, selamat membuka jendela dunia!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun