Sepintas tidak ada yang salah ketika Koordinator Timnas Indonesia, Bob Hippy berencana memanggil dan merekomondasikan nama Syamsir Alam untuk ikut membela timnas diajang Kualifikasi Piala Asia U-22 di Pekan Baru bulan Juli mendatang.
Syamsir Alam bukan pemain yang berkompetisi di ISL, artinya pemain asal Sumatera Barat ini tidak termasuk pemain yang secara tidak langsung ikut terlibat kisruh dualisme antara PSSI dengan ISL. Tetapi klub yang dibelanya saat ini CS Vise klub yang berlaga di divisi dua Belgia iniĀ dimilki Nirwan Dermawan Bakrie
Nama adek Pak Ical ini disebut-sebut sebagai orang yang memegang peranan penting dibalik perselisihan PSSI dengan kompetisi ISL.
Salah satu point nota kesepahaman antara PSSI dengan ISL yang di tanda tangani di Kantor AFC di Kuala Lumpur (7/6/2012) yang lalu mengenai status kederadaan ISL, secara garis besar isinya Kompetisi Indonesia Super League (ISL) sudah berstatus dibawah payung PSSI, serta dipersilahkan melanjutkan sisa kompetisi.
Artinya, pasca kesepakatan antara PSSI dengan ISL tidak lagi terkotak-kotak, baik pemain dari klub IPL maupun dari ISL serta klub luar yang secara tidak langsung terkait dengan dualisme kompetisi sebagai pribadi.
Bila pemain seperti Syamsir Alam dan pemain-pemain muda ISL lainnya benar dipanggil PSSI, disamping menambah kekuatan tim, juga membuat pelatih Widodo kaya akan variasi dalam mengatur strategi dilapangan. Apalagi kualifikasi Piala Asia U-22 ini, menjadi satu-satunya harapan Indonesia untuk berbicara lebih jauh dikanca sepakbola Asia.
Seharusnya klub CS Vise merelakan Syamsir Alam memperkuat timnas Indonesia U-22, apalagi saat ini kompetisi Eropa sedang libur. Jadi tidak ada alasan bagi manajemen CS Vise untuk tidak melepas pemain kelahiran Kota Agam ini, begitu juga bila ada nama-nama pemain muda ISL yang kembali dipanggil PSSI.
Semua berpulang pada kebijakan pemilik klub CS Vise, juga klub-klub ISL. Apakah ada tindakan nyata setelah kesepakatan damai ditanda tangani, ataukah kembali pada jalan berliku.
Salam