Di sebuah warung kecil di Siborong-borong, Tapanuli Utara, aroma harum daun pisang yang mengepul dari dandang pengukus terasa menggelitik hidung. Seorang ibu paruh baya dengan cekatan melipat daun pisang, mengisi adonan lembut di tengahnya, lalu menyusunnya rapi di atas kukusan. "Ini namanya ombus-ombus," katanya sambil tersenyum, seolah tahu bahwa camilan ini bukan sekadar makanan biasa, melainkan simbol kebudayaan yang sudah mengakar kuat di masyarakat Batak.
KEMBALI KE ARTIKEL