Di sebuah desa kecil di pelosok Indonesia, seorang anak bernama Andini harus berjalan sejauh lima kilometer setiap hari hanya untuk mencapai sekolah. Dengan sepatu yang sudah usang dan seragam yang lusuh, Andini tetap bersemangat belajar meski fasilitas sekolahnya minim. Di sisi lain, di kota besar, seorang anak bernama Aditya menikmati kenyamanan belajar di sekolah internasional dengan fasilitas lengkap, guru berkualitas, dan peluang besar untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Dua gambaran ini mencerminkan salah satu wajah nyata ketimpangan sosial di Indonesia---realitas yang masih sulit dihilangkan hingga saat ini.
KEMBALI KE ARTIKEL