Keesokan harinya, ketika sedang meeting di kantor, seorang teman memberikan kabar via sms, teman yang baru sehari sebelumnya bertemu dalam keadaan sehat itu meninggal karena serangan jantung ketika bermain futsal. Kaget bukan kepalang!
Minggu lalu, seorang saudara yang sudah lama tidak ketemu menelpon dan memberi kabar tentang promosi jabatannya. Tentu sangat senang mendengar berita ini. Ucapan selamat tak lupa diberikan. Sempat juga sedikit mengobrol tentang pekerjaan, karena beliau bekerja di kantor induk tempat saya bekerja.
Kemarin siang, sebuah SMS kembali mengguncang jiwa, sang saudara tersebut telah meninggal karena penyakit jantung. Padahal sampai pagi harinya masih sehat.
Kedua kejadian di atas membuat hati ini kembali merenung tentang misteri kehidupan. Rutinitas kantor, pekerjaan sehari-hari, seolah-olah tiada hentinya, waktu seolah-olah tidak pernah cukup. Semuanya membuat kita lupa bahwa kita bisa “dipanggil” kapan saja. Apa yang kita lakukan di dunia dapat hilang dalam sekejap.
Sebuah surat teguran halus dari Yang Maha Kuasa telah sampai ke lubuk hati.
Tiada yang dapat melawan kekuasaanNya. Bila sudah sampai pada waktunya, tiada seorangpun dapat menolaknya.
Seandainya saja kita tahu tanggal, jam, menit dan detik kematian kita, mungkinkah kita akan benar-benar siap menghadapNya?
Rasanya tidak akan ada orang yang benar-benar siap menghadapinya.
Beberapa pertanyaan menghadang: Akan dosa-dosa kita diampuni?,
Sudah benar-benar cukupkah “bekal” kita?,
Relakah kita meninggalkan keluarga yang kita cintai?
Dapatkah kita bertemu kembali dengan orang-orang yang kita sayangi?
Jakarta,
13 November 2009