Koalisi kedua partai yang menjadi pemenang sejati dari pemilu kali ini sayangnya tidak bisa mengikuti pemilihan presiden 2009. Andai saja partai ini diberi kesempatan untuk mencalonkan presiden, bukan tidak mungkin republik ini dipimpin oleh presiden yang memang pilihan sejati rakyatnya. Mengapa? Karena koalisi parti yang ada sekarang ini sangat tidak jelas konsepnya. Semua diukur berdasarkan hitung-hitungan berbagi kekuasaan yang melupakan hakekat dan ideologi suatu partai. Jangan harap partai yang anda pilih pada pemilu lalu benar-benar menjalankan janji-janjinya sesuai amanat partai. Mereka sudah lupa semua itu. Sekarang mereka lebih berkonsentrasi bagaimana agar kader atau capresnya menjadi pemenang presiden.
Suara kita sudah dicampuraduk dengan suara dari partai lain yang sama sekali tidak ingin kita pilih pada pemilu. Bayangkan, seandainya saja kita memilih partai X yang mengusung nasionalisme sebagai landasannya, tiba-tiba bisa bergabung dengan partai lain yang mengusung non nasionalisme. Suara anda tercampakkan begitu saja demi kepentingan kekuasaan. Hal ini belum termasuk tingkah laku para anggota dewan yang nantinya akan berkiprah di DPR. Kalau anda cukup beruntung merekam atau mencatat janji mereka pada saat kampanye, anda bisa menuntut para anggota dewan untuk memenuhi janjinya. Itupun belum tentu mereka akan ingat.
Lupakan sejenak semua janji dan koalisi partai, mari kita berkonsentrasi kepada pemilihan presiden. Daftarkan diri anda apabila pada pemilihan legislatif lalu nama anda tidak terdaftar atau ditolak untuk mencontreng. Bayangkan biaya yang telah dikeluarkan oleh KPU. Sejumlah 49.6 juta kertas suara tidak terpakai secara sia-sia dan 17.48 juta suara menjadi tidak sah. Kalau saja koalisi kedua partai ini menjadi pemenang lagi pada saat pemilihan presiden, maka presiden kita selama lima tahun ke depan adalah presiden yang tidak sepenuhnya dilegitimasi oleh rakyat.
Frans