Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Tulisan Buruk Rupa Si Master Summa Cumlaude

25 Februari 2015   13:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:32 597 0
Semua orang tahu, semakin tinggi sekolah seseorang, tentu akan semakin baik tutur kata dan kalimat berkomunikasinya, apalagi dia sudah menjadi master Theo dan logos katanya, tentu harusnya semakin baik isi tulisannya, semakin santun olah kata kalimatnya jika ia menulis dimedia umum. Ada Kompasianer duo Master Botol (bodoh-tolol) yang sangat merasa dirinya paling hebat dan paling paripurna (kompensasi gangguan psikologis?) di Media Kompasiana ini menjawab tulisan dengan tulisan dalam cara gaya yang sangat provokatif dan sangat tidak santun yang memperlihatkan dan sesungguhnya vulgar telah menelanjangi sempurna dirinya sendiri, sesungguhnya dirinya sebagai orang pasaran beraroma tengik bertopeng dua master kesarjanaan summa cum-laude dari pengakuannya (???). Sungguh sangat menyedihkan apakah lembaga pendidikannya yang memang tidak mendidik etika budi-pekerti atau memang karakter dirinya dan historis pengaruh buruk kekeluargaan dikampungnya NTT yang bermasalah dimasa lalu. Sehingga mereflleksikan keangkuhan dan kesombongan diri yang memalukan.

Pantaskah seorang ber titel dua master (summa cum laude??? katanya) bernama Nararyanggadas (Pdt. Nararya) gembira ria dan senang menuliskan kalimat mabok-kata si Nararya (N) bahkan dia sendiri sebenarnya melakukan fallacy of bifurcation dan appeal to motive fallacy (sesat pikir = Logical Fallacy) layaknya orang sakit jiwa seperti kalimat :

1.      Menanggapi tulisan saya kemarin, Francius Matu entah disadari atau tidak, kemungkinan besar tidak disadari (tipikal orang bodoh), .......

2.      Ya, apalagi yang bisa dilakukan seseorang yang tidak bisa berargumen selain menyerang motif lawan diskusinya? Itu yang paling gampang, bukan? Hahahaha.

3.      Dalam konteks yang lebih khusus, saya memang yakin Francius Matu itu bukan hanya bodoh tetapi lebih dari itu bebal.

4.      Bukti kebodohan Francius adalah tulisan-tulisannya tidak pernah di HL/TA (setahu saya begitu; atau mungkin pernah, tapi...hahahaha).

5.      Hati-hati dengan penipu bernama Francius Matu dan provokasi-provokasi SARA-nya dalam tulisan-tulisan terdahulunya dan sekarang ia menayangkan tulisan yang berpotensi memprovokasi para Kompasianers untuk mendukung kebebalannya.

Tidakkah seharusnya kalimat 1 sampai 5 diatas sebenarnya adalah kalimat yang paling sepantasnya ditujukan dan dilekat-eratkan kepada dirinya sendiri Nararyanggadas (Pdt. Nararya).

Saya akan menjawab butir 1 s/d 5 :

Jawab 1. Semua yang si Pdt.Nararya katakan pada butir 1., Nararya mengarang, serta hanya menduga-duga (dengan kemungkinan besar) bahwa Francius Matu orang bodoh. Ini adalah sesat pikir yang ada didalam otaknya Pdt. Nararya.

Jawab 2. Bagaimana si Nararya mengetahui saya tidak bisa berargumen, buktinya tulisan sanggahan saya dijawab olehnya walaupun dengan kalimat jurus mabok, yang sebenarnya Nararya-lah yang tidak bisa berargumen. Perhatikan kalimat tulisan Nararya yang penuh dengan luapan emosi tingkat iblis lalu menilai dengan asumsi yang salah, serta memutar-balikkan motif seteru diskusinya.

Jawab 3. Bagaimana dia mengatakan saya bodoh dan bebal ? Kalau saya bodoh dan bebal, tidak akan bisa membuat tulisan-tulisan di Kompasiana dan tulisan seperti ini yang membuat Nararya suka juga membalas tulisan saya yang disertai emosinya. Artinya tulisan saya sangat berhasil mengkocok emosi dirinya dan berhasil menggoncangkan wawasan sesat pikirnya. Jadi, yang bodoh dan bebal itu siapa ? jawabnya adalah Nararyanggadas (Pdt. Nararya) sendiri.

Jawab 4. Inilah kemunafikan Pdt. Nararya dia tidak mau mengakui apa yang telah dia katakan bahwa ukuran bodoh tidaknya seorang Kompasianer adalah tidak pernah HL/TA. Yang ditegaskan sendiri oleh Nararya "setahu saya begitu.... hahahaha". Pada butir ini, samalah si Nararya mengatakan kepada seluruh Kompasianer : "Hei para penulis Kompasianer yang tidak punya dua gelar master apalagi tidak lulus summa cumlaude apa yang bisa anda lakukan ? Anda semua bodoh dan saya pintar. Cuma bisa nulis itu doang dan tidak HL atau TA lagi di Kompasiana !? Ini, lihat saya, banyak tulisan-tulisan saya yang di-HL dan di TA-kan". Artinya saya paling pintar diantara kalian semua para Kompasianer. Dia memakai jurus ngeles apologia dengan mengambil perumpamaan salah : "karena kalau saya menyatakan saya pintar, tidak berarti bahwa Anda sekalian bodoh. Kalau saya menyatakan istri saya cantik, tidak berarti istri Anda jelek kan?". Yang jelas perumpamaan itu dia pakai untuk pembenaran motif awal yang sebenarnya sebuah kesombongan. Justru si Pdt.N mengatakan dan meproklamirkan : "saya pintar dan anda sekalian bodoh karena banyak tulisan saya yang HL-TA". Artinya, si Pdt.N juga menyatakan : "istri saya cantik dan istri anda semua jelek" Inilah yang sebenarnya tudingan dia memakai nama saya dengan tujuan sasaran tembak seluruh Kompasianer lainnya.

Jawab 5. Ini adalah cara si Nararya memprovokasi para Kompasianer dengan mengatakan Francius Matu adalah seorang penipu dan suka memprovokasi SARA, sehingga semua tulisannya jangan dipercaya. Hanya para Kompasianer lainnya yang bisa menilai setiap tulisan saya. Untuk apa Nararya menilai berbagai tulisan saya seperti itu kalau memang dia ketakutan dengan dampak pengaruh positip atas tulisan saya kepada pembaca lainnya. Alangkah naifnya dan bodohnya si Nararya mengatakan saya bebal. Sesungguhnya Nararya-lah yang konsisten bebal. Lucunya si Pendeta Nararya mengapa sangat membenci beberapa tulisan saya ? Padahal tulisan itu hanya menyampaikan dan mengangkat berbagai ayat didalam Bibel yang penuh dengan ketidak sesuaian serta ketidak cocokan moral dan itu dikatakan sebagai provokasi seterusnya itu sebagai kegalauan dari banyak orang percaya lainnya. Inilah kesesatan pikir yang apologia rendahan  dialami Nararya yang sok pintar itu dan kenyataannya sebaliknya. Lalu mengapa Nararya sangat takut dengan tulisan Francius Matu tentang cuatan tulisan Bibel (PL-PB) kalau dia bukan seorang Pendeta yang sedang memimpin jemaatnya ? Mengapa ke-pendetaannya baru disanggah sekarang, bukan sejak awal perbedaan ini.

Inilah kalimat KESOMBONGAN Pdt. Nararya yang dipamerkan didepan para Kompasianer yang katanya sebagai reductio ad absurdum padahal ini adalah sesungguhnya sebagai appeal to motive fallacy yang dipamerkan secara dungu dari Pdt.Nararya sendiri :

"Sebaliknya, saya pintar dengan dua gelar master dan lulus dengan predikat summa cum laude. Dan di Kompasiana, sudah sangat banyak tulisan-tulisan saya yang di-HL dan atau TA. Itu bukti bahwa saya pintar. Anda mau balik ke sini nuding saya sombong lagi kalau saya ngomong begini? Ya, saya sengaja pamer kepintaran saya, lalu apa yang bisa Anda pamerkan, Francius?"(Nararya)



Kalimat ini pasti dibingkai untuk memori paling buruk dalam pikiran para pembaca lainnya di Kompasiana untuk mengidentifikasi kualifikasi Pendeta Nararyanggadas (Nararya). Silahkan para pembaca dan Kompasianer nilai sendiri pernyataan kesombongan tersebut. Apalagi ada kalimat penegasan Pdt.N "Ya, saya sengaja pamer kepintaran saya, lalu apa yang bisa Anda pamerkan, Francius?". Sudah saya jawab.



Nararyanggadas (Pdt. Nararya) sangat kotor untuk cerdik ngeles serta akrobatik dalam menjawab dibalut dalam istilah asing (teknik apologia), karena dia memang master Apologia yang sangat hypokrit yang dia pelajari dan sangat disayangkan diantara begundal-pengembiranya sangat terlihat tidak memiliki kemampuan dalam memperbaiki diri dan koreksi atas cara menulisnya Nararya dan mereka sebagai para pendukung hanya setingkat pengembira tanpa ada yang berani menasihati Nararya untuk lebih baik dan santun dalam menulis di Kompasiana ini. Selanjutnya Nararyanggadas (Pdt. Nararya) rupanya sangat menikmati komentar dari para pengembira tersebut yang sebenarnya sedang mejerumuskan dirinya kelubang terdalam yang sedang digali sendiri. (Francius Matu)



Tulisan tidak HL-TA bukti Kebodohan?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun