Dalam diri seseorang haruslah tertanam semangat akan kemenangan Islam... Beribadah senang dan tenang adalah kunci keberhasilan..... Meraih kegembiraan dengan menanamkan rasa bangga beragama islam merupakan salah satu gambaran bahwa sempurnanya iman sesorang. oleh karnanya beribadah haruslah berlandaskan 'ilmu yang sesuai dengan sayari'at yang Rosulullah S.A.W ajarkan. 'Ilmu adalah landasan Utama untuk menjadikan kita seorang insan yang beragama islam dan memiliki keperibadian Muslim (kepribadian yg memiliki nilai-nilai agama Islam memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dgn nilai-nilai Islam). Menurut Syaikh Hasan Al-Banna, kepribadian Islam meliputi 10 aspek, yaitu : 1. Salim Al-Aqidah (bersihnya akidah). Setiap individu dituntut untuk memiliki kelurusan akidah yang hanya dapat mereka peroleh melalui pemahaman terhadap Al-qur’an & As-Sunnah. 2. Shahih Al-Ibadah (lurusnya ibadah). Setiap individu dituntut untuk beribadah sesuai dengan tuntutan syariat. Pada dasarnya ibadah bukanlah hasil ijtihad seseorang karena ibadah tidak dapat diseimbangkan melalui penambahan, pengurangan, atau penyesuaian dengan kondisi dan kemajuan zaman. 3. Mantin Al-Khuluq (kukuhnya akhlak). Setiap individu dituntut untuk memiliki ketangguhan akhlak sehingga mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwat. 4. Qadir ‘ala Al-Kasb (mampu mencari penghidupan). Setiap individu dituntut untuk mampu menunjukkan potensi dan kreativitasnya dalam kebutuhan hidup. 5. Mutsaqaf Al-Fikr (luas wawasan berpikirnya). Setiap individu dituntut untuk memiliki keluasan wawasan. Ia harus mampu memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengembangkan wawasan. 6. Qawiy Al-Jism (kuat fisiknya). Setiap individu dituntut untuk memiliki kekuatan fisik melalui sarana yang dipersiapkan Islam. 7. Mujahid linafsih (pejuang diri sendiri). Setiap individu dituntut untuk memerangi hawa nafsunya dan mengukuhkan diri di atas hokum-hukum Allah melalui ibadah dan amal shaleh. Artinya, setiap pribadi dituntut untuk berjihad melawan bujuk rayu setan yang menjerumuskan manusia ke dalam kebathilan dan kejahatan. 8. Munazham fi syu’unih (teratur urusannya). Setiap individu dituntut untuk mampu mengatur segala urusannya sesuai dengn aturan Islam. Pada dasarnya segala yang tidak teratur hanya akan berakhir pada kegagalan. 9. Haris ‘ala Waqtih (memperhatikan waktunya). Setiap individu dituntut untuk mampu memelihara waktunya sehingga akan terhindar dari kelalaian. Setiap individu juga dituntut untuk mampu menghargai waktu orang lain sehingga tidak akan membiarkan orang lain melakukan kesia-siaan. 10. Nafi’ li Ghairih (bermanfaat bagi orang lain). Setiap individu harus menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Bagi Insan yang ingin memiliki keperibadian muslim hendaknya mampu menumbuhkembangkan berbagai sifat positif dalam kepribadian dengan mengamalkan 'ilmu/pengetahuan yang di miliki, sehingga lahirlah pribadi membanggakan, buah dari proses tarbiyah yang berkesinambungan. Oleh karnanya mulailah sedikit demi sedikit berbuat segala hal dengan 'ilmu dan terus menerus dalam menjalankannya serta terus menerus dalam mencari 'ilmunya. أُطْلُبُوا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلىَ اللَّهْدِ "Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat” “Long life education” Peran keluarga dalam membentuk pribadi Muslim. Dari mana pondasi awal pribadi islam terbentuk? Jika cermati peranan keluarga memiliki andil yang besar dalam membentuk syakhsiyah islamiyah (kepribadian islam) jangan sampai orang tua mengalihkan peran mendidik anak ini sepenuhnya kepada sekolah. Orang Tua menjadi penanggung jawab bagi masa depan anak-anaknya, maka setiap muslim dewasa (tidak hanya seorang guru) menjalankan fungsi edukasi. Wajib bagi kita semua menegakkan ‘amar ma’ruf nahi munkar untuk mengubah masyarakat menuju kemandirian dan kebangkitan Islam. Mengenalkan islam sebagai sebuah aturan hidup menjadi hal yang penting harus diajarkan orangtua kepada anak karena Islam sebagai sebuah mabda (ideologi), islam tidak terbatas hanya kepada hal spritual tetapi juga mencakup sistem yang mengatur urusan hidup yang disebut nizham atau syariah. Tujuan mengenalkan mabda’ Islam adalah dalam rangka membentuk pola pikir dan pola sikap yang islami (membentuk kepribadian Islam) pada diri anak. Selanjutnya dengan pembentukan ini, anak akan siap mengemban Islam sebagai kaidah berpikir dan kepemimpinan berpikirnya. Oleh karena itu, pengenalan mabda’ Islam kepada anak dilakukan dengan mengenalkan dan menanamkan akidah dan syariah Islam dalam beberapa tahap perkembangan anak yaitu pada tahap Masa mengandung dan melahirkan, Usia dini; masa pembentukan dasar-dasar kepribadian Islam, Usia pra balig; masa pemantapan dan pembiasaan dalam melaksanakan syariah. Sudah saatnya kita kembali ke dalam sistem pendidikan Islam dengan sistem pendidikan islam akan terwujud generasi yang siap jadi pemimpin dunia dan membawa kepada keadaan yang lebih baik.
salam. zahir muhammad | berbagai sumber
KEMBALI KE ARTIKEL