"PALANGKARAYA – Sebelumnya, air di Waduk Riam Kanan di Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan terus menyusut. Penyusutan tersebut membuat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ir Pangeran Muhammad Noor tidak bisa beroperasi secara optimal. Akibatnya, daya listrik yang dihasilkan pun berkurang.
Kurangnya daya listrik tersebut menjadikan sejumlah wilayah di Palangkaraya sering terjadi mati lampu. Contohnya di Jalan G Obos, Jalan Temanggung Tilung, Jalan Yos Sudarso Ujung, dan kawasan Universitas Palangkaraya padam sekitar pukul 17.30.
Pemadaman listrik yang terjadi lebih dari 1 jam ini mengundang keluhan sejumlah warga. Hal ini dikarenakan, masyarakat merasakan aktivitasnya terganggu, mulai dari memasak nasi, mandi, belajar, dan menonton televisi. Masyarakat berharap adanya perbaikan layanan dan terutama adanya sosialisasi terkait pemadaman.
Contohnya, Charlie (33), salah seorang warga di Jalan Yos Sudarso mengatakan, listrik adalah kebutuhan yang sangat penting. Jadi jelas saja warga mengeluhkan seringnya pemadaman lampu ini. Namunn, jika ada pemberitahuan sebelumnya kemungkinan masyarakat dapat memaklumi kendala yang terjadi di PLN. Charlie menilai, pelayanan fasilitas listrik belum cukup baik, meskipun tarif listrik yang dibayar masyarakat sudah naik. Untuk keperluan sehari-hari sebagian besar warga menggunakan sumur bor, jadi jika listrik mati aktivitas warga sangat-sangat terganggu.
Asisten Manajer Jaringan PLN Area Palangkaraya, Gunawan menyampaikan, pemadaman listrik terjadi karena adanya gangguan pada pembangkit di PLTU Asam-asam di Kalimantan Selatan. Sistem jaringan di Palangkaraya pun ikut terganggu sehingga ada pemadaman di beberapa tempat.
Sejauh ini pihaknya belum mendapatkan informasi detail penyebab gangguan tersebut. Ia mengatakan saat ini masih dalam proses perbaikan. Menurut Gunawan ada dua jalur yang terkena pemadaman listrik, yaitu daerah G Obos dan juga wilayah sekitar menuju Banjarmasin."
Kutipan di atas adalah secuil permasalahan listrik di Indonesia. Masih ada banyak sekali kasus-kasus serupa yang mungkin tidak sempat terpublikasikan. Menurut saya masalah ini ditimbulkan dari kurangnya sumber energi pembangkit listrik di Indonesia. Sebenarnya Indonesia memiliki banyak sekali potensi energi alternatif yang dapat digunakan. Saya akan membahas salah satu energi alternatif yang mungkin dapat dipertimbangkan untuk menjadi energi alternatif pembangkit energi listrik, SAMPAH.
Indonesia adalah negara yang memproduksi banyak sekali sampah setiap harinya. Bahkan perkiraan tahun 2015 Indonesia akan memproduksi sampah sebanyak 130.000 ton per-hari-nya. Itu berarti dalam 1 bulan Indonesia dapa menghasilkan sampah sebanyak 3.900.000 ton, dan 46.800.000 ton sampah tiap tahunnya. Sampah tersebut sebenarnya dapat dijadikan energi alternatif untuk pembangkit listrik. Dengan sampah sebanyak itu, Indonesia dapat menghasilkan sekitar 312.000 MWH berdasarkan teknologi gasifikasi AGT yang telah dipatenkan sebagai teknologi Low Temperature Coversion (LTC). Konsep Pengolahan Sampah menjadi Energi (Waste to Energy) atau PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga sampah) secara ringkas (TRIBUN, 2007) adalah sebagai berikut :
1.       Pemilahan sampah
Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang masih dapat di daur ulang. Sisa sampah dimasukkan kedalam tungku Insinerator untuk dibakar.
2.       Pembakaran sampah
Pembakaran sampah menggunakan teknologi pembakaran yang memungkinkan berjalan efektif dan aman bagi lingkungan. Suhu pembakaran dipertahankan dalam derajat pembakaran yang tinggi (di atas 1300°C). Asap yang keluar dari pembakaran juga dikendalikan untuk dapat sesuai dengan standar baku mutu emisi gas buang.
3.       Pemanfaatan panas
Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk memanaskan boiler. Uap panas yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator listrik.
4.       Pemanfaatan abu sisa pembakaran
Sisa dari proses pembakaran sampah adalah abu. Volume dan berat abu yang dihasilkan diperkirakan hanya kurang 5% dari berat atau volume sampah semula sebelum di bakar. Abu ini akan dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku batako atau bahan bangunan lainnya setelah diproses dan memiliki kualitas sesuai dengan bahan bangunan.
Dikota-kota besar di Eropah, Amerika, Jepang, Belanda dll waste energy sudah dilakukan sejak berpuluh tahun lalu, dan hasilnya diakui lebih dapat menyelesaikan masalah sampah. Pencemaran dari PLTSa yang selama ini dikhawatirkan oleh masyarakat sebenarnya sudah dapat diantisipasi oleh negara yang telah menggunakan PLTSa terlebih dahulu. Pencemaran- pencemaran tersebut seperti :
·         Dioxin
Dioxin adalah senyawa organik berbahaya yang merupakan hasil sampingan dari sintesa kimia pada proses pembakaran zat organik yang bercampur dengan bahan yang mengandung unsur halogen pada temperatur tinggi, misalnya plastic pada sampah, dapat menghasilkan dioksin pada temperatur yang relatif rendah seperti pembakaran di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) (Shocib, Rosita, 2005).
PLTSa sudah dilengkapi dengan sistem pengolahan emisi dan efluen, sehingga polutan yang dikeluarkan berada di bawah baku mutu yang berlaku di Indonesia, dan tidak mencemari lingkungan.
·         Residu
Hasil dari pembakaran sampah yang lainnya adalah berupa residu atau abu bawah (bottom ash)  dan abu terbang (fly ash) yang termasuk limbah B3, namun hasil-hasil studi dan pengujian untuk pemanfaatan abu PLTSa sudah banyak dilakukan di negara-negara lain. Di Singapura saat ini digunakan untuk membuat pulau, dan pada tahun 2029 Singapura akan memiliki sebuah pulau baru seluas 350 Ha (Pasek, Ari Darmawan, 2007).
PLTSa akan memanfaatkan abu tersebut sebagai bahan baku batako atau bahan bangunan.
·         Bau
Setiap sampah yang belum mengalami proses akan mengeluarkan bau yang tidak sedap baik saat pengangkutan maupun penumpukkan dan akan mengganggu kenyamanan bagi masyarakat umum.
Untuk menghindari bau yang berasal dari sampah akan dibuat jalan tersendiri ke lokasi PLTSa melalui jalan Tol, di sekeliling bagunan PLTSa akan ditanami pohon sehingga membentuk greenbelt (sabuk hijau) seluas 7 hektar.
Selain sampah, Indonesia memiliki energi alternatif lain yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan listrik di Indonesia. Energi alternatif itu seperti tenaga angin, ombak, air dan panas bumi. Semoga PLN dapat mempertimbangkan energi alternatif yang terlihat sepele tersebut.