Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Antara Cinta dan Leukemia

29 Juni 2013   08:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:15 259 0
Aku pergi menuju salah satu Rumah Sakit di Kota Pelajar, berbekal kartu nama dokter yang akan memeriksaku nanti. Menikmati perjalanan dari kota kembang menuju kota pelajar menggunakan kereta api ekonomi, tak luput dari pelajaran khusus kepekaan sosial dengan sekitar. Kereta ekonomi adalah ladang berkah bagi pedagang-pedagang di kereta, yang tak tahu atau mungkin tak ada lagi lahan pekerjaan. Ya Rabb…mungkin ini hikmah “menunda” lulus kuliah, sampai dengan timing perfect. 10 jam aku duduk di kursi kereta api, yang mengukir kenangan untuk masa depan. Rumah sakit tujuanku tak jauh dari stasiun kereta. Aku menggunakan jasa becak menuju ke rumah sakit. Ya…semuanya lancar. Aku langsung bertemu dokter yang bersangkutan. Langsung cek darah. Dan hasilnya bisa ditunggu selama 2 jam. Jam pun berganti yang tak pernah cepat ataupun lambat, semuanya teratur dan memang diatur oleh sang pencipta. Dan takdir ini pun tak kuasa untuk aku hindari. Aku divonis kanker darah stadium IV. Dan waktuku hanya sebentar lagi. Lantas bagaimana dengan skripsiku? Wisuda? Hikking ke semeru? Menikah dengan orang yang aku cintai dan mencintaiku? “Sebaiknya sekarang mbak istirahat, jangan jauh-jauh dari orang-orang yang mencintai mbak, keluarga mbak…” Ujar dokter lirih. “Emang nggak ada obatnya dok??” “Karena kanker mbak udah stadium akhir, kami angkat tangan. Hanya kuasa Illahi yang bisa menolong mbak.” Setelah mengucapkan terima kasih pada dokter, aku pun meninggalkan rumah sakit tersebut. Dalam pikiranku; haruskah aku membicarakan hal ini pada orang-orang terdekatku? Aku mengurungkan niat dan memilih untuk diam. Semuanya gara-gara terlalu capek, kurang minum, kurang asupan vitamin. Tapi untuk apa mengingat yang sudah-sudah. Jelas-jelas aku divonis kanker darah stadium IV. Malamnya aku langsung menuju kota kembang; kota dimana aku dibesarkan. Dua SMS pun masuk; “sayang, desain undngn prnkhn qt dh jd nih…sayang kpn pulang? Sayang baik2 aja kan? Ksh tau ya kalo mau dijemput.” “sayang, akhir thn ini qt ke semeru, semuanya dh siap. Yang pergi jadinya 10 orang, permpuannya 2 orang;Teh silvi dan sayang… mumpung sbulan lagi, qta rajin olah raga ya tiap hari jogging. Oke?” Entah mengapa, aku bisa merasakan kekhawatiran, cinta, ketulusan dan pengorbanannya akhir-akhir ini? Dia sangat mencintaiku, dan aku baru menyadari sekarang. Aku tak pernah cemburu lagi, mungkin tak kuasa cemburu. Karena percuma cemburu juga, aku tak bisa bersamanya selamanya. Aku melihat cinta di matanya yang dalam, ketika aku lemah dan tak berdaya. Dia dengan setia menyuapiku, ketika aku malas makan. Dia mengantarku ke dokter. Dia memijat tubuhku yang capek. Dia memberi motivasi untukku, untuk tetap hidup. Ini berbanding terbalik dengan dahulu. Ketika dia tak bisa lepas dari mantan tunangannya dan masih menghubunginya. Ketika dia dulu kagum pada adik tingkatku yang jago voli. Namun sekarang dia mengganti no.HP-nya, dan tak pernah menghubungi mantan tunangannya. Dia sekarang sibuk denganku. Dia lebih menuruti apa kataku. Kenapa harus datang di ujung hidupku? Aku cinta dia. Tapi dia tak tahu, aku kanker darah stadium IV. Aku tak mau meninggalkan semuanya, ketika semuanya indah. Waktu yang indah ini, benar-benar akan berakhir. Dan aku terpaksa menunggu semuanya berakhir. Sebelum semuanya benar-benar berakhir, aku menulis surat untuknya. Surat untukmu; Sayang, ketika kamu membaca surat ini, aku telah tiada untuk selamanya. Aku tahu, aku jahat karena aku meninggalkanmu. Tapi aku sangat mencintaimu. Aku masih ingin backpacker-an ke tempat-tempat eksotis denganmu. Aku masih ingin mengajar anak jalanan denganmu. Aku masih ingin menemanimu untuk bisnis ini itu. Aku masih ingin melihatmu bermain voli. Aku masih ingin tertawa, bercanda dan bertengkar denganmu. Aku ingin menikah denganmu. Aku masih ingin menjelajahi tiap gunung bersamamu. Aku ingin paralayang, diving, bungee jumping denganmu. Dan aku ingin selalu disampingmu. Tapi sayang, aku harus menepis semua keinginanku. Sejak aku divonis kanker darah stadium IV, hidupku tak menentu. Demi Allah, aku nggak bermaksud menutupi ini semua. Aku hanya ingin merasakan berada di dekatmu di saat-saat hembusan nafas terakhir. Sayang maaf ya semua salahku. Terus maaf juga, nggak bisa nemenin buat hikking ke semeru. Nggak bisa nemenin melihat keindahan Ranu Kumbolo. Sayang, semangat ya jangan pernah sedih. Harus kuat, dan jaga kesehatan. Semangat di wisuda tahun ini. Aku nggak kemana-mana kok, aku selalu mencintaimu. Sekali lagi, I love u, sayang. Yang kuat ya……….^__^v Yang mencintaimu….. 12 Agustus 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun