"Oh, itu menyangkut relasi hidup orang yang berumah tangga. Dua makluk hidup berlainan jenis, yang mengikatkan hati untuk saling mencintai dalam suka dan duka, dalam untung dan malang, dikala sehat pun sakit, sehidup semati, tak terceraikan sampai ajal menjemput,....gitu."
"Halah...la kok panjang amat..."
"Sebenarnya penjelasannya sepanjang hayat masih ada.... Karena perkawinan itu tak hanya sekedar suka sama suka, cinta sama cinta. Pernikahan melibatkan pasangan hidup. Dan pasangan hidup tak berupa benda mati, yang bisa saja HABIS MANIS serasa SEPAH DICERAI, dibuang. Ketika manis, masih kinyis - kinyis disayang-sayang, ketika tua diterlantarkan dan ditendang."
"Apa maksud Mas, penjelasan itu berhubungan dengan beberapa gelintir manusia yang punya hobi 'kawin cerai', yang hobi koleksi perempuan, hingga ada yang mengadu ke polisi, hingga ada yang menggugat di pengadilan agama, bahkan hingga ada yang membunuh pasangan hidup?"
"Tidak juga..."
"Lalu?"
"Maksudnya sederhana, jika engkau mencintai lawan jenis; sadarilah bahwa cintamu itu cinta manusiawi, NAMUN SEKALIGUS cinta yang mendapatkan amanah Yang Illahi. Jadi cintamu itu berjati diri sakral."
"Apa itu artinya, jangan suka MENGUMBAR kata CINTA, LALU BUKA CELANA?"
"Bro, kesejatian cinta itu tak sebatas celana, apalagi beha. Jika engkau sadar tiap manusia itu mulia dimata-Nya; mengapa engkau hanya selalu melihat pakaian dan yang di balik 'pakaian' sebagai tanda cinta? Jika itu yang terjadi (cinta sebatas celana dan beha), maka dirimu semakin tua akan semakin merana; bukannya semakin tua semakin terasa indah, memesona dlsb!"
Mengapa cinta semakin tua bisa semakin terasa indah, memesona? Jawabnya sederhana, karena cinta itu mengurai dan sekaligus menyatukan. Mengurai keangkuhan diri, keangkuhan diri yang diurai digantikan dengan pemahaman akan pasangan hidup dan pengorbanan bagi pasangan hidup!
-------------------------------------------------------------------
Tulisan ini hadir untuk Kompasiana, karena terinspirasi oleh dua orang muda - berlawanan jenis kelamin. Mereka bertengkar di tempat parkir. Bertengkar masalah cinta a la orang muda. Keduanya semester tujuh.