"Bagaimana, sudah siap sayang?" tanya sang istri, seraya meluncurkan kata menggoda.
"Siapa takut?" jawab sang suami, seraya berbuka busana, "sret.....sret....!"
Tanpa menunggu komando, sang suami memulai melancarkan aksinya. Ia berniat bertempur hingga habis-habisan. Pokoknya sampai habis nian....
Apa lacur, baru dua menit nafas sang suami sudah ngos-ngosan. Ia sudah nggak kuku lagi. Ia sudah tak kuat lagi. Pertempuran diselesaikan karena sang bapak sudah mengibarkan bendera putih, menyerah terkulai.
"Kenapa sih Pa?" tanya sang istri, agak setengah nggonduk - jengkel.
"Iya Ma, papa nggak kuat lagi. Bayangkanlah, ..... jam 17.05 di tempat istri pertama, bertempur. Jam 19.00 di tempat istri kedua, gerilya naik turun gunung habis-habisan. Jam 20.03 bertempur di tempat istri ketiga. Eh....sekarang bersamamu. Habis - ludeslahtenagaku," kata sang suami itu setengah menjelaskan pada istrinya.
"Oalah....pa...pa. Lain kali, tiap-tiap istri 'dikunjungi' perhari, bukan perjam. Masak empat istri "dijatah" dalam sehari. ....", kata sang istri seraya menengok suaminya. Rupanya sang suami sudah pulas. Pulas karena terjepit waktu yang sempit ....