Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Sandal Jepit

3 Maret 2010   16:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:38 491 0
Bentuknya khas. Bertali legam, dari karet. Alasnya juga dari karet. Di alas itu tertulis namaku, dengan model huruf Century Gothic. Ah...barang istimewa. Sandal jepit karya tangan (bukan produk - keluaran pabrik), dan kuat karena terbuat dari bekas ban mobil.

Istimewa...ya istimewa.
Dikirim oleh seorang sahabat, tinggal di Surabaya. Sandal itu dibeli 5.500. Ongkos kirim lewat titipan kilat 75.000. Istimewa...istimewa.
Tiga kali nyaris hilang. Namun karena di sandal itu ada namaku, selalu kembali "dengan ajaib", tahu-tahu di depan pintu kamar kostku. Istimewa.
Seorang profesor pertanian, pernah memakainya untuk jalan-jalan di kebun percontohan. Alasannya jika menginjak paku, pasti tidak tembus. Masuk akal, karena sandal itu setebal 1 cm tapi lentur dan lembut. Istimewa.

Sepulang kerja, sandal itu tak kelihatan di depan pintu. Ah...mungkin dipinjam teman. Pasti kembali. Aku duduk di depan rumah sambil melepas penat....

"Celamat ciang Om..." Sapa seorang anak mungil masih cedal. Aku kenal anak ini.
"Om, ini culat dali kakak."
"Memangnya kakakmu kemana?" Tanyaku.
"Pelgi....."
"Pergi kemana?"
"Ah...Om ini tanya mulu. Pelgi jauh...jauhhhhhhhh". Anak itu bicara sambil mulutnya nyinyir...bibirnya maju. Aku cuma tertawa geli. Amplop kubuka.

"Pamit. Mas, pagi ini (jam 10.00) aku berangkat ke Jakarta, transit, atau langsung (lihat situasi) ke Papua New Guinea (PNG). Ada tugas di Port Moresby. Sandal jepit a la ban mobil milikmu ku bawa. Terimakasih tlah membantu mengoreksi thesisku. Aku mencintaimu, sayang kamu......Jika Mas berada di 'gelombang' yang sama denganku, balaslah ini alamat e-mailku. Inilah kejujuranku."
Salam TN

Lemas. Aku tak tahu harus berbuat apa; yang jelas, yang kuingat sandal jepit itu kini menjadi amat istimewa...amat istimewa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun