Penyebab utama dari perilaku berisiko ini berakar pada kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah atau lingkungan keluarga sering kali masih tabu dibicarakan, sehingga remaja mencari informasi dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, seperti internet atau teman sebaya. Sikap remaja terhadap isu kesehatan reproduksi juga dipengaruhi oleh norma sosial dan budaya yang ada di sekitar mereka. Di beberapa daerah, berbicara mengenai seksualitas masih dianggap sebagai hal yang memalukan, sehingga remaja tidak merasa nyaman untuk bertanya atau belajar tentang hal tersebut. Selain itu, akses yang mudah terhadap media seksual, terutama di era digital ini, turut memperburuk situasi. Remaja dapat mengakses konten yang tidak sesuai usia mereka, yang pada gilirannya membentuk pandangan yang salah dan perilaku yang tidak bertanggung jawab terhadap seksualitas.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif melalui pendidikan kesehatan reproduksi yang lebih terbuka dan terstruktur, baik di lingkungan sekolah maupun keluarga. Pendidikan ini harus mencakup informasi tentang risiko penyakit menular seksual, pentingnya penggunaan kontrasepsi, serta bagaimana mengambil keputusan yang bijaksana terkait kesehatan reproduksi. Dengan begitu, diharapkan remaja dapat lebih memahami konsekuensi dari setiap tindakan mereka, dan dapat melindungi diri dari berbagai risiko yang membahayakan kesehatan dan masa depan mereka.