"Berdasarkan data angket kuesioner, salah satu item yang selalu mahasiswa nantikan adalah feedback. Dari feedback tersebut mahasiswa akan belajar bagaimana cara memberikan feedback yang baik sebagai calon guru." ujar Dr. Ani Susanti, M.Pd.BI.
Dalam penyampaian materi, ada sebuah ilustrasi jika dosen pasti banyak menemui mahasiswa yang tidak sepenuhnya memahami suatu konsep yang diajarkan. Walaupun dosen sudah menggunakan  metode dan strategi yang baik. Berdasarkan kasus tersebut, biasanya terjadi karena kurangnya feedback antara dosen dan mahasiswa.
Prof. Zamroni, Ph.D., menyampaikan dalam diskusinya bahwa setiap Guru atau Dosen perlu adanya Feedback atau umpan balik. Baik dari peserta didik, ataupun dari atasan dan pimpinan. Hal ini berpengaruh terhadap kinerja seorang pendidik. Karena dengan adanya umpan balik, Pendidik akan lebih merefleksi diri dan mejadi lebih baik di masa mendatang. Sehingga, semakin lama Pendidik mengajar maka semakin berkualitas cara mengajar seorang Pendidik.
Feedback tidak semata-mata untuk mahasiswa saja tetapi bisa untuk dosen juga. Salah satu manfaat dari sebuah feedback adalah mendorong peningkatan upaya, motivasi, dan keterlibatan siswa. Kesempatan yang tepat dalam memberikan feedback antara lain pada hasil tes atau ujian, pada penugasan, dan pada saat pembelajaran di kelas.
Raden Muhammad Ali, S.S., M.Pd. selaku pemateri berpesan bahwa guru yang hebat adalah guru yang paham ketidakpahaman mahasiswa. Sebelum menutup acara, Yosi Wulandari, M.Pd selaku moderator menyimpulkan, Feedback dapat mencapai kebermaknaan dalam proses pembelajaran walaupun untuk mencapai skala idealnya belum bisa kita pastikan tetapi setidaknya mulailah.
(Vr/Humas FKIP UAD)
