Sekarang saya bisa bisa fokus pada gelaran lain yang lebih hingar bingar tiap detik, tiap menit, tiap jam "hidup" denyutnya terutama di sosial media. 24 jam saling menyebar sensasi, mempopolerkan sebaliknya ada juga yang merendahkan, dan tinggal menuai badai respond. Para simpatisan JKW-JK dan Prabowo-Hatta berbaris dalam pasukannya sendiri-sendiri. Tidak ikut pasukan juga boleh tapi dukungan dan penolakan terus bergema. Inilah indahnya demokrasi.
Menarik sekali diikuti, karena apa yang tertutupi menjadi terbuka. Setiap tuduhan terklarifikasi. Setiap pujian akan diuji dengan asumsi-asumsi. Pilpres adalah perlombaan merebut simpati. Pilpres yang dipilih langsung oleh rakyat adalah memilih tokoh langsung, ya langsung, tidak bisa diwakilkan golongan apapun. sehingga menggerakkan hati rakyat adalah menggerakkan hati individu-individu. Sehingga, boleh sekali seorang capres berprestasi menyentuh langit, namun jika hati individu tak tergerak, bukan apa-apa. Bagaimana seorang capres punya nilai lebih menjadi tujuan. Teorinya adalah kelebihan-kelebihan personal-branded, namun kenyataannya seringkali lebih mudah merendahkan kandidat lain dengan mengumbar kekurangan. Kalau tidak punya kekurangan, buatlah isu agar seakan-akan punya kekurangan.
Bukan sesuatu hal yang baik strategi black campaign seperti itu, TERCELA, karena itu FITNAH, dan hanya mengundang SERANGAN BALIK yang sama-sama MENUSUK. Dalam catatan saya beberapa black campaign yang menarik dicermati adalah :
1. Jokowi TIDAK AMANAH karena meninggalkan Jakarta dalam sumpah 5 tahun menjabat, ... ya namanya sumpah jabatan dikesankan sebagai dosa besar karena bersumpahnya di hadapan kitab suci dan Tuhan.
serangan baliknya => Prabowo terlibat TRAGEDI 1998, terbukti bersalah dalam sidang kehormatan militer, tim Mawar terbukti menculik para aktivis, dst dst ... dikesankan PS adalah dalang, kambing hitam dalam tragedi '98, lalu PS pergi ke Yordania 10 tahun, dicurigai pindah kewarganegaraan, dst dst.
Isu ini mengangkat masalah integritas dan kesetiaan, siapa yang lebih pengkhianat ?
2. Jokowi ANTEK ASING karena disinyalir didanai taipan kapitalis, ditungangi wahyudi digosok rhemason pinjeman mamarika :p
serangan baliknya => siapa dibalik kekayaan Prabowo ? ada Hashim Djojohadikusumo, ada ARB, ada Hari Tanoe jika disebut namanya saja sudah kontroversial, dari Hashim dan Rothschild, ARB dng Lapindo, Hari Tanoe dng oportunisnya dalam investasi sana sini. maaf ya, sengaja tdk detail karena memang rumit diceritakan.
Isu ini hanya kontroversi yang sangat susah ditebak warnanya alias abu-abu. butuh pengacara kelas kakap untuk saling membela kepentingan korporasi yg diwakili. namun mudahnya, dalam bisnis kepentingan bermain, apakah uang mengendalikan ? he he he ... wani piro pointnya kepentingan bisa berbalik kapan saja.
3. Jokowi keturunan China .. eh Tiongkok dan ada pemalsuan data diri
serangan baliknya => Prabowo sudah punya kewarganegaraan Yordania, dua-duanya sangat gampang cek saja catatan sipil dan kedubesnya. klo masalah sipit, hoalahhh mau ditarik dari jaman majapahit juga emang turunan cina semua, paling2 rada kecipratan arab, melayu, india, meneer londo, malah seru
Isu ras ini paling lucu, sumbernya juga dari sekedar artikel satire.
4. Jokowi diragukan Islamnya, ga bisa wudhu, ga bisa jadi imam, ga pernah naik haji, dapat titipan misi dari Vatikan.
serangan baliknya => Prabowo punya keluarga muslim ? lebih skak-mat lagi. lagi2 misi apa yang dibawa kekristenan Hashim dan sebagian keluarganya yang lain.
Isu agama memang paling membahayakan, karena keimanan adalah hal paling pribadi hubungan manusia dengan Tuhannya. ketika itu diusik matipun adalah jihad. Bahkan yang bisa menilai kadar keimanan hanyalah Tuhan, mengkafirkan adalah dosa, karena melangkahi otoritas Tuhan itu sendiri.
5. Koalisi ramping Jokowi akan mental jika tanpa dukungan lawan politik
serangan baliknya => koalisi gemuk, tenda besar Prabowo tapi dikelilingi para oportunis koruptor hemhh sudah tentu memusingkan. SDA menjadi tersangka, ARB ditinggalkan tokoh2 pentingnya, lagi2 Hari tanoe yg jelas2 diusir oleh rekan2nya di Hanura.
Kalau ini jelas politik berbagi, tidak ada gunanya juga memamerkan koalisi. karena koalisi adalah masalah menyatukan misi, ironisnya, ini pilpres yang langsung, tidak nyambung jika rakyat tidak simpati dengan partainya.
Point-point saya di atas menegaskan bahwa black campaign itu zero value bahkan minus jika serangan baliknya lebih logis dan punya fakta. Jokowi hanya menanggapi black campaign dengan kalimat sakti "Aku ra po po" selebihnya isu hanya berlalu lalang tanpa bisa menggoyahkan dukungan simpatisannya. Prabowo juga tidak naik wibawanya karena puisi-puisi Fadli Zon. Satu-satunya cara menaikkan mutu diri capres ya apa yang akan, sedang dan sudah dibuktikan prestasinya kepada rakyat. Kalau kurang ya siapa tokoh masyarakat yang punya daya magnet dukungan massa. Jokowi punya Anies Baswedan, Khofifah. Prabowo punya Mahfud MD, Bang Rhoma, Ahmad Dhani :D . Kepada merekalah tumpuan kebajikan-kebajikan capres dikomunikasikan untuk menyentuh hati rakyat pemilih.
Sekali lagi SAY NO Black Campaign, YES for Quality
Saya kutipkan cuplikan pidato Prabowo di rumah Polonia 19.05.2014
"...Saya pernah belajar dari Barat. Saya merasakan dan memahami apa pandangan mereka tentang Indonesia, dan dengan cara-cara apa mereka memperlakukan bangsa kita. Prinsip saya, saya tidak mau membiarkan bangsa saya menjadi bangsa yang diinjak-injak oleh siapapun, yang dipermainkan oleh siapapun. Saya tidak suka kalau bangsa saya dibohongi, atau dianggap bodoh, atau diolok-olok. Namun, tidak lantas kita berbalik membenci mereka. Justru di sini kita harus menunjukkan dan membuktikan kepada mereka bahwa kita mampu tidak serendah anggapan mereka "
dari Jokowi saya kutipkan pula beberapa quote siaran pers yang diterima media 24.05.2014 :
"Saya Jokowi, bagian dari Islam yang rahmatan lil alamin.
"Semua orang boleh ragu dengan agama saya, tapi saya tidak ragu dengan iman dan imam saya dan saya tidak pernah ragu dengan Islam agama saya,"
"Saya bukan bagian dari kelompok Islam yang sesuka hatinya mengafirkan saudaranya sendiri,"
"Saya bukan bagian dari Islam yang menindas agama lain. Saya bukan bagian dari Islam yang arogan dan menghunus pedang di tangan dan di mulut.
Mereka bicara kualitas, dan jika kita ingin Presiden kita nanti berkualitas. Marilah saling bicara kualitas dan biarkan hati rakyat memilih.