Dengar dengar, Jokowi sampai memerlukan persiapan sebelum maju debat dan dibimbing oleh tim suksesnya. Hal ini mengindikasikan debat itu dianggap penting. Ini juga tampak dari subtansi materi yang diajukan dalam debat. Selain ingin menyampaikan pesan mengenai lawannya dengan riwayat masa lalunya, yang tentu diharapkan membuat dia dapat memenangi perdebatan.
Pelaksanaan debat akan dilaksanakan lima kali. Pada putaran kedua nanti, minggu (15/06/2014) format debat hanya akan mempertemukan capres Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Ibarat pertandingan tinju, senin kemarin baru ronde pertama. Siapa yang menang, akan ditentukan setelah tanggal 9 Juli 2014 dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan rekapitulasi hasil suara.
Kedua pendukung capres tampaknya sudah bersikap apriori, tepuk tangan kedua belah pihak sama sama bergemuruh. Demikian pula di luar arena debat, ini mengindikasikan bahwa keduanya memiliki pendukung definitif bahkan cenderung fanatik. Ini yang harus diwaspadai agar para pendukung itu tidak menjadi "bonek" yang siap berkorban apa saja sebagaimana dalam event pertandingan sepak bola. Terjadinya kegaduhan dan konflik yang tak dapat dihindarkan.
Oleh karena itu, kita berharap debat lima kali mampu mengubah sikap kita dalam menentukan pilihan. Dalam memilih yang terbaik, tidak terbuai janji janji yang menarik, namun tidak realistis. Apalagi masih besar kelompok masyarakat yang belum menentukan pilihan (swing voters). Kelompok masyarakat itu yang seharusnya mampu ditarik oleh kedua pasangan capres cawapres kalau hendak menang di pilpres 9 Juli nanti.
Apa indikatornya?
Masyarakat mungkin perlu menilai keduanya dari tujuan negara ini didirikan, yang sudah menjadi konsensus bersama. Siapa yang mampu mengemban tujuan negara ini didirikan? Akan menarik kalau ada capres cawaprss yang mampu menjabarkan buat apa negara ini didirikan. Tidak hanya tujuan makro, tetapi juga proses mencapai tujuan tersebut. Dalam debat putaran pertama, kedua pasangan berusaha menyampaikan proses itu meski masih sangat terbatas. Tampaknya kita harus mengikuti proses debat selanjutnya hinga akhir. Sejauh apa keduanya mampu mewujudkan inovasi, melakukan koreksi, meluruskan perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara ketika melihat kesenjangan yang ada, demokrasi yang belum lancar serta sikap toleran yang mendapat tempat.
Tantangan ke depan buat presiden terpilih sangat kompleks, dan presiden terpilih harus bisa menggandeng pihak yang kalah agar tercipta harmonisasi, jangan sampai tumbuh dendam, semua harus legowo menerima hasil akhir. Pilpres hanyalah proses kecil untuk memilih presiden yang mampu mengayomi seluruh masayarakat, bukan mengayomi koalisinya saja. Mungkin inilah makna pilpres yang berintegritas dan damai.