Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Tewasnya Angeline, Bukti bahwa Anak-anak Rentan menjadi Korban Kekerasan

10 Juni 2015   16:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07 284 1

 

Tewasnya Angeline, Bukti bahwa Anak-anak Rentan menjadi Korban Kekerasan

 

Saat ini banyak terjadi kasus kekerasan terhadap anak, diantaranya yaitu kekerasan fisik, seksual maupun psikis. Setiap tahun angka kekerasan terhadap anak yang diadukan ke KPAI selalu meningkat. Padahal di luar yang tercatat oleh KPAI masih banyak kasus-kasus kekerasan terhadap anak yang belum terekspose oleh media. Hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya masyarakat yang belum memahami aturan mengenai perlindungan anak dan masih rendahnya kesadaran hukum untuk menjaga anak dari tindak kekerasan. Selain itu untuk kasus kekerasan seksual biasanya korban maupun keluarga cenderung menutup-nutupi karena dianggap sebagai aib sehingga banyak kasus kekerasan seksual terhadap anak yang tidak diproses secara hukum.

Kasus yang saat ini menjadi perhatian publik yaitu hilangnya Angeline, gadis cantik berusia 8 tahun di Denpasar, Bali. Angeline dilaporkan hilang pada 16 Mei 2015, kemudian keluarga yang kehilangan menyebarkan pemberitahuan hilangnya Angeline ke media sosial sehingga kabar tersebut cepat tersebar ke masyarakat dan menjadi pusat perhatian. Namun hari ini sudah terungkap misteri hilangnya Angeline yang cukup mengagetkan,pasalnya Angeline ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa dan dikubur di bawah kandang ayam di halaman belakang rumahnya. Namun saat ini pelaku pembunuhan Angeline belum diketahui karena masih dalam penyelidikan pihak kepolisian. Penemuan jenazah Angeline tersebut menghentikan berbagai upaya pencarian gadis cantik itu yang sudah hampir sebulan terakhir ini.

Tak mudah mengusut kasus ini, pasalnya ibu asuh Angeline juga terkesan menutup-nutupi dengan menunjukkan sikap yang tidak bisa diajak bekerjasama. Saat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Yuddy Crisnandi berkunjung ke rumah Angeline tidak disambut baik oleh keluarga Angeline bahkan dilarang masuk oleh satpam sewaan yang menjaga rumah Angeline. Selain itu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise sempat bertamu ke rumah orangtua angkat Angeline namun orangtuanya juga  tidak bersedia menemui.

Dikabarkan bahwa orangtua asuh Angeline yang bernama Margareta adalah sosok wanita yang temperamental. Selain itu berdasarkan keterangan orang dekat, diketahui bahwa Angeline kerap mengalami kekerasan baik fisik maupun mental. Setiap hari Angeline bekerja memberi makan ayam, anjing dan kucing peliharaan ibunya, bila tidak memberi makan, ibunya tak segan untuk memarahi dan memukul Angeline bahkan sampai hidungnya berdarah. Selain itu saat ke sekolah Angeline harus berjalan kaki sekitar 2 kilometer, jarak yang cukup jauh untuk anak sekecil Angeline. Akibatnya saat ke sekolah Angeline sering terlambat, terlihat lemas, tidak bersemangat dan bajunya kotor.

Kasus Angeline tersebut lebih membuka mata kita bahwa anak-anak sering menjadi sasaran empuk bagi para pelaku kekerasan, bahkan ironisnya kekerasan terhadap anak dilakukan oleh orang-orang terdekat. Anak-anak dianggap makhluk yang lemah dan tidak bisa melawan saat orang dewasa melakukan tindak kekerasan. Kasus ini hendaknya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa anak adalah titipan Tuhan yang seharusnya dijaga dan disayangi dengan sebaik mungkin, bukan malah disiksa dan di eksploitasi. Semoga dengan adanya UU Perlindungan Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dapat menjadi instrument untuk melindungi hak-hak anak dan  menekan terjadinya kekerasan terhadap anak.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun