kala musim mudik dihalau wabah.
Pekik klakson, deru mesin, asap, dan kebisingan
memompa aliran darahmu.
Memacu napasmu hingga kau terbatuk dan sesak.
Penat mampir ke tubuhmu
seiring mentari yang berpamitan pulang.
Sementara kau menatap gedung yang menjulang
dan jembatan layang,
hujan yang membasuh lelahmu
malah mengundang gerimis air mata.
Segala merek sampo dan sabun di warung
telah menemani mandimu.
Limpah buihnya mengharumkan perjalanan waktumu.
Air membilas peluh dan debu
yang menempel di rambut dan sekujur tubuhmu.
Menjadi hidangan penutup untuk letihmu.
Setiap malam dalam benakmu,
angka-angka kau kalkulasi dengan logika.
Masa depan kaurangkai dengan sebait doa.
Ketika terangmu mulai terbit,
kauguyur rencana dengan segayung harapan.
Serupa kemarin, kau masih menanti
tunas muncul di ujung hari.