Perempuan itu merindukan sosok yang menyebut namanya Elora. Sosok lelaki yang menggendongnya dari puing-puing reruntuhan. Penyelamat yang mengelabui mata, hidung, dan telinganya dari tubuh-tubuh tak bernyawa, anyir darah, dan suara desingan. Saat itu pula, kekejaman angkara telah menceraikannya dari kemesraan orang-orang terkasih untuk selamanya.
KEMBALI KE ARTIKEL