Pagi di lorong sempit itu diawali suara keluhan panjang seorang perempuan yang terdengar dari sebuah rumah petak. Mak Ratap. Para tetangga memanggilnya demikian. Perempuan berumur empat puluhan itu mulai berkeluh kesah tentang apa saja. Mulai dari cucian yang menumpuk, anak-anak yang harus berangkat sekolah, rumah yang berantakan, hingga biaya kebutuhan hidup yang terus meningkat. Maklum saja, suaminya hanya seorang buruh lepas dengan upah tak seberapa.
KEMBALI KE ARTIKEL