Suatu kali, aku pernah menanyakan padanya, mengapa ayah begitu setia menanti senja. Tapi beliau hanya tersenyum. Lalu aku menanyakan lagi, untuk apa ia menghabiskan waktu menikmati senja-senja itu, lagi-lagi hanya senyum yang kuperoleh. Ayah menepuk pundakku dan berlalu. Membiarkan rasa ingin tahuku menguap tanpa jawaban. Sejak itu pula, aku tak pernah ingin tahu alasan ayah. Hal itu seolah kehilangan daya tarik untuk ditanyakan. Ayah dan senja, aku mencoba menganggapnya sebagai dua hal yang tak terpisahkan.
KEMBALI KE ARTIKEL