Jamu sebagai salah satu aset budaya tradisional bangsa Indonesia dari tanah Jawa perlu mendapat perhatian. Catatan penting Prof Dr Edi Sedyawati (Guru Besar Arkeologi UI) mengemukakan kemahiran membuat jamu pada orang Jawa memperkaya khasanah budaya, terutama “Hak Atas Kekayaan Intelektual” sebagai pengetahuan tradisional. Hal ini menyangkut genetic resources, terkait bahan utama yang berasal dari tumbuhan.
Sebagian besar bahan ramuan jamu berasal dari tanaman yang tumbuh di tanah Jawa. Indikator geografis ini mendorong orang Jawa mengembangkan jamu sebagai produk budaya bangsa. Perkembangan jamu dalam ranah ekonomi dari jamu cair hingga berupa serbuk dan kapsul marak di pasaran.
Sayangnya, generasi muda kini kurang mengenal jamu, terutama jamu cair. Para penjaja jamu gendong semakin jarang terlihat, misalnya di wilayah perkotaan. Eksistensi jamu seakan redup digilas zaman ke-kini-an. Para orangtua semakin jarang mengenalkan anak-anak pada jamu.
Jauh berbeda bila beberapa tahun yang lalu, para penjaja jamu gendong masih sering terlihat. Geliat ekonomi mungkin menjadi penyebab penurunan dalam menjajakan jamu gendong. Kesan menikmati minum jamu gendong--jamu cair memerlukan suatu perubahan yang tidak dianggap sangat tradisionil.
Salah satu permasalahan inilah yang diangkat Keluarga Mahasiswa Sastra Jawa UI (KMSJ UI) dalam acara rutin tahunan Pekan Budaya Jawa 2012 pada 6-8 November 2012 di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Tema acara ‘Revitalisasi Budaya Jawa’ turut mengangkat kajian “Jamu sebagai Aset Budaya untuk Bangsa”.
Kelahiran es krim jamu
Penyajian jamu cair dihadapkan pada realitas tantangan masa kini. Jamu dianggap sebagai obat yang ditakuti bagi anak-anak sehingga makin ditinggalkan untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, inovasi jamu melahirkan es krim jamu. Awalnya pembuatan es krim jamu ini dari sekadar iseng-iseng saja. Akhirnya, mampu digeluti serius dan menghasilkan rezeki.
Es krim jamu merupakan revolusi jamu dari jamu cair ke dalam bentuk es. Melalui penyajian es krim jamu diharapkan tidak lagi membuat anak-anak takut mengonsumsi jamu. Selain itu, kemunculan es krim jamu bisa menggugah para orangtua untuk lebih mengenalkan anak-anak pada jamu. Jamu pun dinikmati secara menyenangkan.
Jamu dalam bentuk es krim memberikan pengetahuan baru dan pengalaman unik kepada khalayak luas. Masyarakat diajak melestarikan aset budaya bangsa dengan membiasakan diri hidup minum jamu. Jamu sebagai hidangan eksklusif kepada keluarga, saudara maupun kerabat. Kini bisa dikonsumsi dalam bentuk es krim jamu.
Selain itu, kelak jamu bisa dipesan pada pesta-pesta, seperti di hotel. Budaya minum jamu kini bisa mendorong penanaman apotek hidup sehingga orang tertarik belajar mengenai tanaman untuk diolah menjadi beragam jamu.
Kreatifitas es krim jamu turut melahirkan peluang usaha mumpuni sebab pembuatannya secara manual, tidak memerlukan banyak energi.
Demo pembuatan es krim jamu
Cara pembuatan es krim jamu diperlihatkan oleh Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR), sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang kemasyarakatan. Es krim jamu yang dibuat dari beras kencur. Pemilihan beras kencur karena rasa dan warnanya yang khas. Pertama-tama, dibuat jamu cair dari beras kencur.
Termos es puter kemudian ditaruh di panci dengan memasukkan es batu dan garam. Es batu yang dimasukkan memiliki ketentuan khusus, yaitu es batu yang benar-benar telah membeku kira-kira selama tiga hari.
Garam digunakan agar es batu tidak mudah mencair. Setelah itu, termos es diputar-putar. Untuk memutar termos es puter memerlukan tenaga besar. Semakin cepat putaran, maka adonan es krim semakin cepat mengeras.
Adonan es krim jamu beras kencur pun lama-lama mengeras dan menjadi es krim. Para penonton yang sebagian besar mahasiswa boleh mencicipi dan ikut menikmati es krim jamu beras kencur yang langsung jadi.
“Cara baru minum jamu ya lewat es krim jamu. Inovasi yang keren banget. Sensasi luar biasa, di mulut dingin, diperut anget. Bisa sehat dan tetap enak menikmatinya,” kata Amalia Fatwani, mahasiswa program studi Ilmu Perpustakaan UI, yang ikut menyaksikan demo pembuatan es krim jamu.
Kesan nikmatnya es krim jamu beras kencur juga diungkapkan oleh Ismi Handayani, mahasiswa Sastra Jawa UI, "Kalau dari segi rasa, enak dan manis. Walaupun ada sedikit pahit. Ketika dimakan dingin (di mulut) tapi pas di tenggorokan anget banget."
Budaya bisa dikategorikan sesuatu yang berjalan dan seyogianya produktif. Artinya, harus selalu menghasilkan kreatifitas baru.
Konteks ke-kini-an harus lestari sebagaimana jamu akan tetap ada kemudian muncul dalam bentuk es krim jamu. Serta diharapan ada kreatifitas baru lagi dalam meningkatkan pembuatan es krim jamu ini.