Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bahasa

Bahasakan Imajinasi melalui Dongeng

21 November 2012   08:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:56 3330 1

Para orangtua makin jarang mendongeng kepada anak-anaknya. Pekerjaan orangtua yang sibuk sehingga tidak ada waktu bersama anak kerap menjadi alasan utama. Tak jarang ada orangtua melihat anak-anak hanya di hari libur saja. Pada hari kerja berangkat pagi anak masih tidur bahkan saat pulang kerja malam pun anak sudah tidur.

Perkembangan komunikasi dengan beragam media digital (gadget) dan akses dunia maya (internet) lebih disukai anak-anak sehingga minat membaca anak-anak sekarang, khususnya dongeng begitu kurang mengenal dan mengetahui. Mereka lebih senang bermain permainan (games).

Hal inilah yang diangkat pada Festival Bulan Bahasa Indonesia (Falasido) 2012 di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (FIB UI). Falasido 2012 bertajuk “Bahasakan Imajinasimu” dengan tema “Mengangkat Eksistensi Dongeng sebagai Warisan Budaya Bangsa”.

Acara ini dihelat pada 29-30 Oktober 2012 oleh mahasiswa Ikatan Kekerabatan Sastra Indonesia UI (IKSI UI). Falasido UI merupakan acara rutin tiap tahun program studi Sastra Indonesia UI.

Seminar Sastra Anak dengan tema “Dongeng sebagai Media Komunikasi antara Orangtua dan Anak” membahas lebih mendalam eksistensi dongeng dengan segala tantangan dan hambatannya.

Para pembicara, yaitu Ratna Djumala (Dosen Sastra Anak FIB UI), Vera Itabiliana Hadiwidjojo (Psikolog Anak dan Remaja), Heru Prakoso (Pendongeng di DAAI TV), dan Nila Rahma (Mahasiswa Berprestasi FIB UI).

Ratna Djumala (Dosen Sastra Anak FIB UI)

Topik yang dibahas yakni “Dongeng Tradisional, Bacaan Anak?”. Dongeng identik dengan bacaan anak-anak dan termasuk lingkup sastra anak, sastra yang dibaca oleh anak-anak dengan bimbingan dan pengarahan orang dewasa. Tema dan ragam bacaan pun memiliki ciri khas.

Dongeng diangkat dari cerita khayalan maupun cerita rakyat. Oleh karena itu, dongeng merupakan karya sastra yang harus dilestarikan. Ciri khas dongeng tradisional dari cerita rakyat sangat penting diperkenalkan kepada anak-anak. Pengenalan cerita tradisional bisa dibangun dari mendongeng.

Beberapa dongeng yang sangat terkenal dari luar negeri, seperti Cinderella, Putri Salju, dan Pinokio pun sudah diangkat ke layar kaca dan sering ditayangkan di televisi. Dongeng tradisional Indonesia, seperti kisah Bawang Merah dan Bawang Putih, Timun Mas, juga Malin Kundang turut memperkaya karya sastra anak Indonesia.

Nilai-nilai pada dongeng

Dongeng diyakini mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan oleh anak. Namun, perlu diperiksa lebih lanjut, dongeng yang dibaca apakah benar untuk anak-anak? Adakalanya, dongeng benar ditujukan kepada anak-anaka tapi nilai-nilai dari adegan yang dibangun tidak mencerminkan untuk “anak-anak”.

Karakteristik dongeng dari beberapa penelitian mengungkapkan nilai-nilai yang ada dalam dongeng, terutama dongeng tradisional perlu dikomunikasikan secara baik kepada anak.

Nilai-nilai yang dibangun, antara lain nilai kepatuhan (tidak boleh menjadi anak durhaka kepada orangtua), hubungan laki-laki dan perempuan (hormat kepada bapak ibu), juga iri dengki.

Mengenalkan dongeng tradisional kepada anak bukan semata-mata hiburan saja, namun membangun pengetahuan akan budaya lokal suatu daerah dan adat istiadat daerah tersebut.

Bimbingan dari orang dewasa, terutama orangtua dalam menemani anak membaca dongeng mutlak diperlukan. Sebab tatkala membacakan dongeng harus ada interaksi, mana yang sesuai disampaikan kepada anak.

Vera Itabiliana Hadiwidjojo (Psikolog Anak dan Remaja)

Vera membahas “Peran Dongeng dalam Kerekatan Hubungan Orangtua dan Anak” dari sisi psikologis. Kerekatan hubungan emosional orangtua dengan anak membutuhkan kontak yang konsisten satu sama lain. Kerekatan ini penting sebagai salah satu faktor penentu perkembangan anak.

Perkembangan sosial dan kepribadian anak berkembang dengan baik jikalau kerekatan anak dengan orangtuanya baik. Anak bisa tumbuh menjadi pribadi menyenangkan dan kemampuan interaksi bertambah. Mereka mudah beradaptasi dan mendapat teman baru.

Anak yang tumbuh dari suasana kerekatan baik dengan orangtua akan menentukan pola asuh anak ketika menjadi orangtua. Pola asuh orangtua yang baik membuat anak—menjadi orangtua mewariskan pola asuh baik kepada anaknya kelak. Dengan demikian, dongengan orangtua dahulu akan turun temurun (menurun) dilakukan pada generasi penerusnya.

Kerekatan dari mendongeng

Faktor-faktor penentu kerekatan, antara lain kepekaan orangtua terhadap anak (kebutuhan berinteraksi dengan anak), respons orangtua terhadap kebutuhan anak (anak memerlukan perhatian dan kasih sayang ekstra), serta mengajak anak bicara dan bermain untuk menstimulasi perkembangannya. Berbagai faktor penentu ini bisa diwujudkan dengan mendongeng.

Mendongeng pada anak bisa dilakukan kapan dan di mana saja, tidak mesti dongeng sebelum tidur. Ide cerita bisa apa saja, bisa dongeng dari cerita rakyat maupun cerita kehidupan sehari-hari.

Usahakan mendongeng secara rutin kepada anak agar melatih kemampuan ingatan anak dengan cerita yang dibacakan.

Dalam mendongeng, cerita yang dibacakan harus memiliki nilai positif perilaku pada tokoh-tokoh ceritanya. Sebab dongeng mengajarkan nilai-nilai baik, tidak boleh dianjurkan membacakan dongeng kepada anak dengan cerita penuh adegan kekerasan atau semacamnya. Efek mendongeng sangat memengaruhi perilaku anak dalam bertindak (mencontoh).

Interaksi mendongeng dengan anak juga dibangun dengan membiarkan anak ikut bercerita. Anak bisa mengungkapkan kelanjutan cerita dan peristiwa yang dialami para tokoh dalam cerita. Dengan begitu, anak diajak ikut berpikir dan bebas mengutarakan pendapatnya.

Satu hal yang penting, dongeng yang dibacakan harus selesai, tidak boleh dalam cerita bersambung.

Heru Prakoso (Pendongeng di DAAI TV)

Perkembangan globalisasi berdampak pada gaya hidup, cara berpikir, dan berperilaku setiap manusia, khususnya anak-anak. Untuk itulah, peran orang dewasa, baik orangtua, guru, dan semua individu sangat diperlukan dalam mempersiapkan anak-anak tumbuh menjadi pribadi baik dan berkembang utuh.

Salah satu pemikiran perlu adanya aktivitas yang memupuk kerjasama dan merangsang daya kreatifitas anak, yaitu melalui mendongeng. “Dongeng adalah Nasihat” menjadi pembahasan yang lugas dan tegas.

Menurut Heru, dongeng adalah akar budaya tutur kata yang dijadikan sarana alat bantu komunikasi yang efektif, dengan muatan nilai-nilai positif, dan aturan penyampaiannya bebas dan bertanggungjawab.

Dongeng merupakan kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga dunia khayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang diceritakan secara turun temurun.

Kisah dongeng bisa membawa pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng tersebut.

Dongeng sebagai nasihat

Nasihat merupakan salah satu manfaat dari mendongeng. Nasihat selalu mendidik agar anak-anak bersikap baik. Cara memberikan nasihat kepada anak sehingga anak mendengarkan dan menuruti apa yang dikatakan orangtua, guru, maupun teman melalui mendongeng. Dongeng juga menimbulkan rasa simpati dan empati anak

Cerita dongeng menyampaikan nilai cinta kepada Tuhan dan makhluk ciptaan-Nya, kesetiakawanan, kejujuran, kedisiplinan, rasa tanggungjawab, dan sebagainya. Mendongeng sangat dinantikan oleh anak-anak saat usia dini hingga taraf sekolah dasar (SD).

Mendongeng termasuk aktivitas berkomunikasi yang mudah dan murah. Dongeng membuat nyaman, tenang sekaligus senang untuk membantu anak dalam berimajinasi. Dengan mendengarkan dongeng, anak tidak merasa dinasihati oleh orangtua maupun guru. Tercipta suasana menyenangkan.

Mendongeng tidak semata-mata menceritakan kisahnya saja, tapi didukung dengan gaya ekspresif, raut muka, dan suara yang berkarakter sehingga anak tergugah mendengarkan cerita dan menangkap pesan moral yang disampaikan.

Perlu strategi mendongeng, misal pemilihan kata hingga cara bertutur kata.

Hindari pula mendongeng dengan tema bertumpuk-tumpuk, misal aktivitas mandi—bisa diambil salah satu kegiatan saja, ambil contoh menyikat gigi. Jadi, tema harus lebih spesifik. Dongeng sebaiknya dilakukan berulang-ulang agar pesan moral dari cerita dongeng tersebut lekat terpatri dalam ingatan anak.

Nila Rahma (Mahasiswa Berprestasi FIB UI)

Mendongeng ternyata mampu membuat anak peka pada kita dan menangkap apa yang kita ceritakan secara lisan. Untuk itu, Nila mengangkat pembahasan, “Dongeng Membuat Anak Peka pada Kita dan Kata”. Kehidupan manusia tidak lepas dari cerita.

Begitu pula dengan dunia anak-anak bisa dibangun dengan kegiatan cerita, terutama dongeng. Kegiatan belajar anak di sekolah bisa menyenangkan, tidak hanya menerima pelajaran saja tapi memberi kesempatan pada anak untuk menstimulasi daya imajinasi.

Dongeng membuat anak peka pada kita

Dongeng yang dibacakan kepada anak memberikan pesan moral dan pelajaran kehidupan dari cerita konflik yang disajikan. Tema yang disajikan dalam dongeng biasanya mengangkat tema sehari-hari, misal saling tolong menolong, menghargai teman, maupun saling menyayangi sesama.

Realitas ini pun ada dalam kehidupan nyata anak-anak. Melalui dongeng, anak bisa memahami pergaulan dengan menghargai siapa pun. Anak menjadi peka terhadap lingkungan pergaulan bersama teman-temannya.

Dalam bergaul, anak tidak hanya mengandalkan kemampuan kognitifnya saja, tapi menumbuhkan kemampuan menghargai, menyayangi, dan berbagi kepada sesama bisa dibangun melalui kegiatan dongeng.

Oleh karena itu, dongeng mampu membuat anak peka pada kita, yaitu keseluruhan lingkungannya.

Dongeng membuat anak peka pada kata

Dongeng adalah media komunikasi antara orangtua dan anak, interaksi keduanya sangat perlu. Orangtua berbicara, anak pun turut berbicara. Anak menjadi berpikir sebab-akibat dalam cerita dongeng yang dibacakan.

Kemampuan melanjutkan cerita yang dibangun dari dongeng, dinamakan kemampuan prediksi. Anak diajak memperkirakan kelanjutan cerita dongeng. Oleh karena itu, dongeng sebagai media pembelajaran melatih kemampuan logika anak.

Membaca atau mendengar dongeng menimbulkan pemahaman yang baik dan mampu menjadikan anak memiliki referensi kata-kata. Dongeng tentu harus berkualitas. Referensi kata-kata dan kepekaan anak terhadap lingkungan membuat anak lebih mudah menuangkan ide atau pendapat secara lisan dan tulisan.

Kita butuh dongeng

Dongeng mampu mendukung pendidikan dalam pembelajaran mengenai etika dan moral. Media pembelajaran ini melatih kita, khususnya anak-anak menjadi lebih peka terhadap lingkungan kehidupannya.

Kepribadian anak terbentuk baik dan menghindari anak dari pengaruh buruk sebab anak sudah dididik melalui pengajaran moral dalam dongeng yang dibacakan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun