Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Diskusi Budaya Papua: Seni Cadas dan Bahasa-bahasa Papua di NTT

1 Oktober 2012   10:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:25 1473 3
[caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="Seni cadas (rock art) di Papua Barat "][/caption]

Keberagaman budaya Papua memiliki nilai penting dalam catatan khazanah kebudayaan Indonesia. Situs-situs bersejarah peninggalan nenek moyang mampu mendeskripsikan kehidupan masyarakat pada zaman itu. Untuk itu dialog budaya berupa diskusi budaya dalam Pekan Ragam Budaya Papua: Kamoro, Tinggalan Budaya “Maramoe” yang diselenggarakan Papua Center Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) tanggal 10-14 September 2012 di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia begitu menarik. Topik yang dibahas tentang seni cadas dan bahasa-bahasa Papua di Nusa Tenggara Timur.

Keindahan Seni Cadas dibahas Karina Arifin, PhD (Dosen Arkeologi UI). Seni cadas merupakan salah satu peninggalan arkeologi Papua. Keindahan dan filosofi seni cadas (rock art) sebagai peninggalan nenek moyang memiliki filosofi. Lukisan ini tak hanya ditemukan di Indonesia saja, tapi di belahan dunia pun ditemukan dengan karakteristik masing-masing. Penelitian seni cadas termasuk kajian arkeologi dan sudah ada berbagai penelitian mengenai hal tersebut.

Seni cadas bisa ditemukan di pulau, pesisir, pegunungan, dan lain-lain. Hasil karya lukisan manusia yang sudah puluhan ribu tahun lalu biasanya ada di tebing-tebing karang dan dihiasi warna merah.

Di Indonesia, seni cadas banyak ditemukan di Kaimana, Papua Barat. Motif-motif yang ada di Kaimana berupa motif geometris, manusia, hingga hasil budaya manusia. Tak hanya di Kaimana saja, seni cadas juga ditemukan di Teluk Berau dan Teluk Bitsyari.

Seni cadas di Teluk Berau

Seni cadas di Teluk Berau ditemukan di situs-situs tebing setinggi antara 2 meter hingga 3 meter. Hasil karya manusia ini dilukis dan dipahat pada dinding-dinding tebing karang dan di gua-gua, dibuat oleh masyarakat yang masih sangat tradisional.

Warna lukisan pada dinding atas hitam dan merah, sementara putih pada dinding bawah. Tak dapat dipungkiri, dinding juga penuh warna merah. Ada banyak cap tangan.

Motif-motif yang ditemukan hampir sama seperti di Kaimana. Lukisan-lukisan di Teluk Berau menggambarkan cap tangan manusia, beragam benda-benda penopang kehidupan manusia, hingga lukisan binatang. Selain itu, terdapat pula gambar geometris.

Lukisan-lukisan binatang berupa biawak, ikan, buaya maupun kadal. Lukisan ikan dibuat secara naturalistis sehingga terlihat kerangka badan ikan maupun dilukis secara geometris. Hal ini sebagai pembelajaran manusia mengenai kerangka badan binatang.

Lukisan biawak memiliki filosofi bahwa binatang itu leluhur nenek moyang dan pelindung ikan. Uniknya, bermacam-macam cap tangan manusia dilukis berdekatan dengan binatang, termasuk lukisan biawak. Berbagai macam lukisan binatang, seperti biawak, kadal maupun ikan menandakan kehidupan manusia lebih banyak tinggal di daerah pesisir pantai.

Seni cadas di Teluk Bitsyari

Tak berbeda jauh dengan seni cadas di Kaimana dan Teluk Berau. Seni cadas yang ditemukan di Teluk Bitsyari juga penuh lukisan cap tangan. Kebanyakan ditemukan di tebing-tebing.

Jikalau dilihat dari jauh maka tebing-tebing penuh lukisan itu berwarna merah. Namun, setelah dilihat lebih dekat hanya gambar garis-garis linear saja. Garis-garis linear itu pun cukup sulit dibaca sehingga kita tidak terlalu mengetahui gambar apa yang dilukis. Gambar-gambar itu hampir serupa.

Untuk melihat hasil karya manusia berupa seni cadas, kita hanya bisa melihat dengan menggunakan perahu. Sebab sebagian besar seni cadas terletak di tebing-tebing dekat pulau. Ada juga situs seni cadas yang bisa dijangkau melalui darat. Sayangnya, akses mudah itu justru menimbulkan tangan-tangan iseng nan jail dan tak bertanggungjawab mencoret-coret lukisan tersebut.

Seni, lukisan, dan mitos

Awalnya, seni cadas dibuat oleh orang-orang yang sangat sederhana. Mereka sekadar menggambar tanpa makna dibaliknya. Sebagian besar gambar mendekripsikan inisiasi kesuburan dan perburuan. Gambar dibuat lagi agar objek gambar, seperti binatang buruan terus bertambang jumlahnya.

Lukisan tangan sebagai simbol menolak bala yang berasal dari mitos nenek moyang. Gambar umum binatang kadal yang kerap ditemukan dalam situs cadas juga penting. Perpaduan gambar kadal dengan manusia juga terlihat beragam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun