Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Aksi Mahasiswa, Pro Rakyat Tetapi Tidak Simpatik

31 Maret 2012   06:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:13 284 0
[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Aksi Mahasiswa Tolak BBM via kabarkampus.com"][/caption] "Mari turun ke jalan, kepung Gedung DPR MPR. Tolak kenaikan harga BBM. Mari kita kawal Sidang Paripurna DPR. Perjuangkan kepentingan rakyat, kalau bukan kita (mahasiswa) siapa lagi" Tulisan di atas merupakan serangkaian tulisan yang merebak di kampus melalui media spanduk, poster, baliho hingga pamflet. Mahasiswa begitu sensitif terhadap apa yang terjadi terkait kepentingan rakyat. Memperjuangkan rakyat itulah yang diserukan oleh seluruh elemen mahasiswa. Mahasiswa ibarat jalan perantara menyalurkan aspirasi rakyat kepada pemerintah. Kritik, saran, dan kecaman menolak BBM terus diperjuangkan oleh mahasiswa. Suara mahasiswa adalah suara rakyat... Di mana dan ke mana intelektual yang dimiliki mahasiswa? Status mahasiswa tentu berintelektual. Mahasiswa bergerak aktif dan berpikir kritis dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Segala persiapan demi menyuarakan satu komitmen diorganisir dengan baik. Spanduk, poster hingga orasi dengan pengeras suara telah siap. Teatrikal aksi tolak BBM pasti sudah dilatih dengan baik dan ide kreativitas yang matang. Inilah hasil kerja keras mahasiswa, terstruktur dengan rapi.

Keadaan yang miris terjadi ketika mahasiswa berorasi di lapangan. Demo yang berakhir anarkis dan saling bentrok dengan aparat polisi. Psikologis mahasiswa yang masih labil dan emosi tinggi merangsek dalam sikap demo anarkis. Suara mahasiswa yang mengatakan bahwa kami hanya menyuarakan apa yang rakyat rasakan tetapi (kami) dihadang dan dihadapkan pada tank-tank besar sehingga membuat kami mencapai puncak emosi. Emosi yang panas berujung membuat kami bertindak. Kami (mahasiswa) rasa polisi terlalu bertindak represif.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun