Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Pompeii (2014), Dramaturgi Manusia Berujung Bencana

26 Februari 2014   21:44 Diperbarui: 4 April 2017   18:23 10467 0
[caption id="" align="aligncenter" width="616" caption="Pompeii (2014) Ilustrasi via fansided.com"][/caption] Bagi Anda yang mempelajari sejarah Peradaban Yunani-Romawi Kuno mungkin sedikit kecewa atas film Pompeii besutan sutradara Paul WS Anderson yang dirilis 21 Februari 2014. Usai menonton film Pompeii, saya berpendapat bahwa kisah film tersebut bukan seluruhnya diangkat berdasarkan sejarah, melainkan hanya berlatar kota Pompeii dan Gunung Vesuvius saja.

Meskipun begitu film Pompeii tetap menancapkan taringnya sekaligus berhasil memuaskan mata penonton. Efek visualisasi dan soundtrack begitu hidup, terkesan tidak dibuat-buat. Gempa bumi, letusan gunung, hujan api, hujan batu, abu vulkanik, awan panas, hingga pijaran kepundan dari Gunung Vesuvius membuat tengkuk berdiri.

Kemarahan gunung menimbulkan tsunami sehingga menghantam kota Pompeii, lalu orang-orang berlarian, berteriak, dan berusaha menyelamatkan diri. Gambaran menakutkan dan mengerikan betapa kepanikan sedemikan menyergap. Sebagai penutup, awan panas merangsek dan menutupi seluruh kota Pompeii, tidak ada satu pun manusia yang selamat.

Berkesan di awal

Latar film Pompeii pada zaman Kekaisaran Romawi tahun 79 SM, yang dibuka dengan adegan pembantaian suku penunggang kuda. Dari pembantaian tersebut, hanya satu orang yang hidup, seorang anak bernama Milo (Kit Harington). Ia adalah satu-satunya orang terakhir dari suku penunggang kuda.

Selamat dari pembantaian tragis, bukan berarti bisa melarikan diri dengan bebas, Milo pun tertangkap. Tatkala dewasa, Milo dijadikan budak sebagai gladiator di kota Pompeii. Ia pun dipanggil dengan nama Celt. Tatapan mata dan hatinya ternyata tertambat pada Cassia (Emily Browning), putri dari penguasa kota Pompeii.

Suguhan di awal kisah bisa dibilang mampu memikat penonton. Adegan pembantaian dan masa lalu Milo yang gelap menjadikan ia tumbuh kuat dan tak terkalahkan di area pertarungan gladiator. Para gladiator lain ingin mengadu kekuatan dengannya.

Pertemuan Milo dengan sang putri nan cantik menjadi bumbu cinta yang dilema. Betapa strata sosial memengaruhi kisah cinta mereka. Milo berstatus budak, sementara Cassia dari kalangan bangsawan. Sekiranya di film ini menyiratkan bahwa cinta tidak mengenal strata.

Hasrat

Puncak dari kisah di film Pompeii bermula dari Senator Corvus (Kiefer Sutherland) yang datang berinvestasi ke Pompeii. Sayangnya, hal tersebut hanya sekadar alasan sederhana saja, sebenarnya ia sangat berhasrat menjadikan Cassia sebagai istrinya. Kecantikan Cassia membuatnya terpesona.

Perlakuan Cassia terhadap Milo yang begitu istimewa dibandingkan budak lain ternyata diketahui Senator Corvus. Perasaan cinta Cassia kepada Milo membuat Senator Corvus marah, lantas merencanakan pertarungan gladiator di luar aturan yang telah ditetapkan.

Kebebasan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun