Di langit nan kelam menyembul sebuah sabit sang bulan dalam setengah badannya. Teguh terdiam seakan menantikan takdir sang penguasanya. Tak tampak awan berjalan beriring mengawalnya, hanya sendiri dalam sunyi yang senyap, suara alam diterpa desiran angin melagukan khidmat yang dalam. Suara angin kembali berdesir lirih menyentuh dedaunan muda yang tampak rapuh, tua sebelum waktunya dan berguguran jatuh ke tanah, tersapu lagi dan terus tersapu oleh si angin malam tadi, kembali terulang dalam putaran waktu yang terasa semakin sedikit.