Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Di Balik Keindahan Pantai Siung; Nama “Siung” Diadopsi dari Bahasa Jawa “Kasih’e Biung”

10 Oktober 2012   08:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:59 414 0

Pantai Siung adalah salah satu pantai di Indonesia khususnya di Yogyakarta yang masih sangat alami dan terjaga keindahannya. Di pantai ini kita dapat menjumpai begitu banyak tebing-tebing yang memiliki sekitar 250 jalur pemanjatan dengan grade (tingkat kesulitan) dan karakteristik yang bervariasi. Kita bisa melihat laut lepas disini. Keadaan disekitar pantai ini pun masih sangat kental dan alami sebagai daerah pelestari tradisi kejawen,  bunyi kas ombak menjadi kepuasan dan daya tarik tersendiri bagi kita dan juga dapat menjadi inspirasi untuk berkarya. Suasana yang tenang, nyaman, sejuk dan tidak terlalu dingin menjadikan betah para pengunjung untuk bermalam menikmati keindahan pantai ini untuk waktu yang lebih lama.

Pantai Siung terletak tepatnya di Dusun Wates, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.Kurang lebih 100 km dari Yogyakarta. Lokasi yang masih mudah dijangkau, jalan-jalan menuju pantai ini juga telah dibangun sedemikian rupa agar pengunjung dapat dengan mudah mengaksesnya. Pantai ini merupakan destinasi wisata wajib kunjung. Namun untuk menikmati penerangan, air dan hiburan yang bersifat modern, tempat ini masih dalam kategori daerah yang mampu membatasi dari modernisasi dan mampu mempertahankan status-quo. Sampai jaringan telephon seluruh operator tidak ada ketika saya datag kesana. Namun karena suasana yang disuguhkan pantai suing kepada para pengunjung itu sangat alami, sehingga mampu menghegemoni setiap pengunjung yang datang dan melupakan segala bentuk kemewahan modernisasi.

Munculnya nama pantai suing tidak bgitu saja ada. Ketika saya sowan bertamu dan sekedar bertanya-tanya dengan sesepuh atau ketua kampung di sekitar pemukiman Pantai Siung, Mbah Ido beliau menjelaskan kepada saya dengan senang hati mengenai history Pantai Siung.

“Nama Siung ini berawal dari sebuah cerita perempuan bernama Surti putri dari Ki Demangan yang dipaksa menikah dengan putra seorang Bupati yang kaya saat masih berjaya nya kerajaan Majapahit dahulu. Surti melarikan diri ketika dipaksa menikah denga putra Bupati tersebut. Kemudian dia lari kedaerah Gunung Kidul. Namun orang-orang yang megejarnya mengira bahwa Surti lari menuju ke arah Pantai Baron dan telah mati bunuh diri di Pantai Baron sana. Namun sesugguhnya Surti lari kearah kiri menuju Pantai Watu Lawang (sekarang Siung). Surti hidup di pemukiman bersama orang-orang disekitar Pantai dan setelah lama tinggal dipemukiman ini, Surti ditawari menikah dengan putra salah seorang terpandang dari pemukiman tempat dia tinggal. Saat ditanya tentang siapa dia sebenarnya, Surti dengan jujur memberi tahu bahwasannya dia adalah putri Ki Demangan yang dulu dipaksa menikah. Sontak orang-orang shock dan heran, bukankah konon Surti telah mati bunuh diri di Pantai Baron ? Lalu Surti menceritakan bahwa dia tidak lari kesana namun berbelok kearah kiri menuju pantai yang sekarang bernama Siung. Ketika Surti telah menikah dengan lelaki dan dikaruniai seorang anak laki-laki yang dilahirkan disana, Surti diminta untuk memilih dimana kelak dia akan tinggal. Akhirnya Surti memilih untuk tinggal disekitar pantai tersebut dengan suami dan anaknya. Karena Surti tidak mau meninggalkan ankanya yang sakit-sakitan, sehingga dengan sepenuh hati Surti merawat dan membesarkan anaknya, hingga suatu ketika nama pantai tersebut diganti nama yang diambil dari tembung jawa yaitu ‘’Kasihe Biung” (Kasihnya Ibu) sehingga namanya berubah menjadi Pantai Siung. Nama ini diberikan untuk Pantai Siung karena Kasihnya Ibu (Surti) untuk anaknya yang sakit-sakitan. Cerita ini ketika masih jaya nya kerajaan besar di Indonesia yaitu kerajaan Majapahit dahulu.’’

Masyarakat pemukiman sekitar daerah Pantai Siung adalah sebagian masyarakat dari dukuh Winongo, Tepus dan masyarakat sekitar daerah ini. Masyarakat yang hidup disana mayoritas beragama Islam. Masih terdapat juga tradisi masyarakat yang dulu ketika penyebaran Islam di Tanah Jawa oleh Sunan Kalijaga seperti tahlil, Rosulan dan semacamnya. Begitu yang saya dapat ketika berkunjung kerumah Mbah Ido. Beliau mengatakan bahwa tradisi keislaman masih sama seperti ketika para Sunan menyebarkan ajaran Islam di Jawa. Tidak kurangi dan belum ditambahi.

Bagi para pengunjung yang ingin kesana tidak perlu dengan biaya mahal, cukup dengan Rp 3.000,- dibayar ketika akan memasuki daerah Pantai Siung di tempat penarikan retribusi. Para pengunjung yang datang kesana mayoritas adalah para Pecinta Alam. Mereka datang dan tidak jarang juga bermalam disekitar pantai sehingga besok harinya dapat melakukan pendakian ke tebing pantai siung. Terdapat banyak gua perawan apabila kita mau melakukan pendakian yang lebih jauh lagi didaerah terdekat pantai ini. Ketika saya berkunjung disana, sempat saya berkenalan dengan teman Pecinta Alam “Metala” dari UMS. Ketika pagi hari (07/10), Sis salah satu anggota Metala, “kami pamit dulu mau melakukan pendakian. Banyak panorama yang belum kami lihat disektar pantai ini, kami ingin menemukannya termasuk goa yang tadi malam kamu katakan. Sampai jumpa..”, ucap Sis. Ternyata memang benar-benar masih alami seluruh keindahan alam pantai siung ini, sampai menarik minat para pendaki untuk lebih jauh melangkah melanjutkan tantangan dan menemukan sesuatu yang baru disekitar pantai siung. Bagi kamu yang suka narsis, pantai ini juga memiliki pemandangan bagus untuk tempat berfoto.

Bukan hanya pengunjung lokal yang datang ke pantai ini, sempat saya berkenalan dengan salah seorang turis dari Amerika bernama Becca. “Saya merasa sedih karena sampah yang dibuang sembarangan lebih banyak dari pada tahun lalu. Tapi saya juga senang manjat ditempat seindah siung, dimana tidak ada sinyal HP jadi tidak bisa diganggu oleh hal-hal hidup sehari-hari”, ucap Becca ketika kami sedang berbincang-bincang dengannya. Dia juga menikmati keindahan pantai siung dengan temannya dari UGM bernama Andre seorang mahasiswa Arkeolog. Ketika saya bercakap-cakap dengan mereka, mereka sedang melakukan latihan keseimbangn (slackline) diatas tali khusus untuk berlatih keseimbangan. Becca sangat tertarik dengan suasana pantai yang tenang di iringi suara ombak dan karang-karang yang masih alami dan sangat indah.

Kini giliran anda untuk berkunjung kesana. Dapatkan keindahan dan ketenangan di Pantai Siung, apalagi jika anda datang beramai-ramai dengan teman-teman atau keluarga anda. Selain menikmati keindahan pantai, kita juga harus merawat pantai Siung ini agar tetap terjaga dan terlestarikan keindahannya dari sampah dan ulah tangan manusia, seperti keluhan Becca tadi.

V3.Doc (071012)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun