Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Alam & Tekno

Self-diagnose dan Dampaknya

30 September 2021   11:35 Diperbarui: 30 September 2021   11:44 42 2
Self-diagnose dan Dampaknya

Nama: Fitria Natasyah
NIM: 202110230311525


Seperti yang kita ketahui,
Perkembangan tekhnologi komunikasi dan informasi adalah salah satu hal yang sangat pesat. Itu menjadikan individu pengguna tekhnologi tersebut mudah dalam mencari segala sesuatu di internetet. Kemudahan itu dapat kita lihat dari berbagai kondisi dalam kehidupan.
Ternyata hal itu juga berpengaruh dalam dunia kesehatan.  Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai laman yang menawarkan pelayanan kesehatan (Ryan & Wilson, 2008).  Di indonesia sendiri terdapat beberapa situs website yang berjalan, seperti halodoc.com dan juga alodoc.com sebagai contohnya. Banyaknya blog atau laman tersebut, membuat kita bisa juga mengakses berbagai informasi tentang gejala-gejala penyakit.
Pasien yang mengalami sejumlah keluhan dapat langsung menanyakannya atau membaca informasi yang berkaitan dengan keluhannya di internet (Ryan & Wilson, 2008).  Hal ini memunculkan tindakan seseorang melakukan diagnosa pada diri sendiri dengan informasi yang mereka dapatkan dari internet tersebut.
Mendiagnosa diri sendiri atau yang lebih dikenal dengan self-diagnose merupakan proses dimana individu mengamati diri sendiri berdasarkan gejala patologi dan mengidentivikasi penyakit atau gangguan tanpa adanya konsultasi medis (Aaiz Ahmad & Stefanus.S.,2017). Tanpa informasi yang lebih akurat dari dokter, seseorang langsung menyimpulkan yang ia ketahui dengan keadaan sekitar atau dirinya sendiri. Dan informasi yang ditampilkan dalam web web tersebut seringkali tidak evidence based medicine (EBM).

Yang terjadi adalah, orang tersebut menjadi cemas karena diagnosanya sendiri. Padahal hal itu belum tentu benar. Self-diagnose bukan hanya berdampak pada kesehatan medis, kesehatan mental juga bisa menjadi bahaya jika diagnosa mereka merujuk pada penyakit serius atau berat dan orang tersebut akan terus memikirkannya karena takut.

Kebanyakan orang menjadi takut setelah menyimpulkan gejala yang mereka alami dengan informasi yang mereka baca untuk memeriksakan dirinya ke dokter. Takut jika ternyata diagnosa dokter sama dengan apa yang mereka baca atau bisa lebih serius. Hal itu termasuk akibat buruk dampak dari self diagnosis.

Dilihat dari sisi buruknya akibat dari self diagnose sangat beragam. Individu yang membaca banyak  laman, dan mempercayainya tanpa ada konfirmasi dari dokter, akan cenderung "sok tau" karena literasinya. Mendiagnosa sekitar lalu mencocokannya dengan internet, mengambil kesimpulan bahwa ia yakin dengan bacaannya adalah benar. Membuat sekitar ikut cemas karena hasil dari diagnosa tersebut, buruk.

Yang berarti dampak buruk itu juga akan menjerat orang lain, tidak dirinya sendiri.

Lalu, apakah self diagnose itu hanya ada efek buruknya?

Tentu tidak. Seseorang dengan pemikiran lain, akan menjadikan informasi yang mereka dapat dari internet itu hanya sebagai acuan untuk pencegahan atau menjadi literasi untuh penyembuhan. Hal itu menjadi dampak baik dari self diagnose.  Menjadikan pencegahan seperti contohnya, apa yang mereka rasakan akan bertambah buruk jika mengkonsumsi beberapa makanan yang disebutkan. Itu menjadi salah satu cara untuk mencegah gejala tersebut semakin parah, dan tetap, mengkonfirmasikan kedokter atas kebenarannya adalah hal yang sangat tepat untu dilakukan.
Membaca atau menanyakan hal seperti itu tidaklah salah, yang terpenting bagaimana dengan tanggapan kita. Jika literasi kita hanya untuk penyimpulan tanpa kebenaran, itu adalah salah. Informasi yang kita dapat hanya sebagai pencegahan untuk sementara dan tetap harus dikonsultasikan ke dokter.

Daftar pustaka:

Ryan, A., & Wilson, S. (2008). Internet healthcare: do self-diagnosis sites do more harm than good?. Expert opinion on drug safety, 7(3), 227-229.doi:10.1517/14740338.7.3.227
Ahmed, A., & Samuel, S. (2017). Self-diagnosis in psychology students. The International Journal of Indian Psychology, 5(1), 148-164.DIP: 18.01.035/20170402
Akbar, M. F. (2019). Analisis Pasien Self-diagnosis Berdasarkan Internet Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. INA-Rxiv. June, 25.doi: 10.2525/0402.035

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun