Siapa yang salah? Pemerintahnya kah? Atau masyarakatnya kah? Masyarakat merupakan konsumen, pertanyaannya mengapa masyarakat bisa lebih percaya kepada merek asing daripada merek lokal. Dan kenapa merek lokal kurang bisa bersaing dengan merek asing?.
Salah satu anak muda yang menggembor-gemborkan brand lokal adalah VJ Daniel Mananta, dia membuat usaha kaos “Damn, I Love Indonesia” yang setiap kaosnya menggambarkan kebudayaan-kebudayaan lokal, seperti wayang, batik, dll. Namun, usaha kaosnya dia pun masih ada saja blogger yang mengkritisi. Ada beberapa tulisan seorang blogger yang mengkritisi kata, “Damn, I love Indonesia”. Blogger tersebut menilai kalau kata-kata tersebut tidak mencerminkan kecintaan seorang owner terhadap Indonesia. “Kalau love Indonesia, kenapa harus pakai Bahasa Inggris, kenapa tidak pakai Bahasa Indonesia”.
Lalu ada perusahaan BUMN yang sahamnya sebagian dimiliki oleh pihak asing. Padahal namanya juga BUMN, Badan Usaha Milik Negara. Jelas sekali bahwa ini usaha milik Negara.
Dari sinilah muncul banyak pertanyaan, sebenarnya yang dikatakan brand lokal itu seperti apa? Dan kenapa brand lokal kurang bisa bersaing dengan merek asing. Sebenarnya siapa yang salah ? Untuk itu kami membuat sebuah kuesioner untuk mengetahui seberapa antusias masyarakat terhadap brand lokal dan mengetahui apa definisi brand lokal menurut pandangan masyarakat.
Kami memohon bantuan kepada masyarakat untuk mengisi kuesioner kami tentang brand lokal
https://docs.google.com/forms/d/1IPDiDpFCYBNUxz-puzZLUcCLNIn955XBCm1GryQN8Z4/viewform
Bagaimana menurut anda?
Terima Kasih