Fitri Wulandari membuka sesi dengan memperkenalkan konsep inti dari budaya positif yang sangat relevan untuk diterapkan di sekolah. Salah satu poin penting yang disampaikan adalah perubahan paradigma belajar, yang mengajak para pendidik untuk melihat proses belajar tidak hanya sebagai transfer pengetahuan, tetapi juga sebagai pengembangan karakter dan kemampuan sosial siswa. Paradigma ini menekankan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, di mana siswa merasa aman, dihargai, dan termotivasi untuk belajar.
Selain itu, Fitri juga menekankan pentingnya disiplin positif dalam mengelola perilaku siswa. Disiplin positif, menurutnya, bukan sekadar memberikan hukuman ketika siswa melanggar aturan, melainkan lebih kepada mendidik siswa untuk memahami konsekuensi dari tindakannya dan membantu mereka untuk bertanggung jawab. Dalam hal ini, motivasi perilaku manusia menjadi topik yang menarik karena menguraikan bagaimana kebutuhan dasar manusia, seperti rasa aman dan diterima, berperan besar dalam membentuk perilaku individu.
Sesi berikutnya, Fitri mengupas tentang posisi kontrol restitusi dan keyakinan kelas. Posisi kontrol restitusi adalah pendekatan yang membantu siswa untuk memulihkan hubungan yang terganggu akibat perilaku yang tidak tepat, alih-alih sekadar memberikan hukuman. Ini berkaitan erat dengan keyakinan kelas, yang merupakan prinsip-prinsip dasar yang disepakati bersama oleh siswa dan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif. Keyakinan kelas ini menjadi fondasi bagi terbentuknya budaya positif di sekolah.
Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab yang interaktif, di mana para guru dan kepala sekolah berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan berbagi pengalaman mereka dalam menerapkan budaya positif. Diskusi ini sangat bermanfaat karena memberikan wawasan praktis tentang bagaimana mengatasi tantangan sehari-hari dalam mengelola kelas dan memotivasi siswa. Melalui kegiatan ini, para peserta diharapkan dapat mengimplementasikan konsep-konsep yang telah disampaikan dan berkomitmen untuk terus membangun budaya positif di lingkungan sekolah mereka.
Kegiatan diseminasi ini menunjukkan komitmen SMAIT Harapan Umat Karawang dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui penerapan budaya positif. Dengan adanya dukungan dari guru penggerak seperti Fitri Wulandari, diharapkan sekolah-sekolah di Kabupaten Karawang dapat menjadi tempat yang lebih baik untuk belajar dan berkembang, baik bagi siswa maupun tenaga pendidik.