Yang berjejuluk kampung biasanya identik dengan naturalis atau alami, kampungan merujuk pada sebutan yang masih kolot, belum inovatif cenderung primitif atau bahkan jadul. Tetapi ada kehebatan terasa saat melekat dengan istilah kampung, contoh Ayam kampung yang berarti ayam negeri atau ayam yang bertubuh jangkung dan telurnya kaya akan protein walaupun ukurannya kecil dan lonjong (bentuk mini dari bola Rugby) tetapi khasiat dan potensi telur ayam kampung tentu menjadi mitologi dan dicari-cari segenap warga penjuru negeri.
Bahkan ayam kampung menjadi trademark atau ikon suatu negara, menjadi lambang klub sepakbola dunia bahkan sebagai lambang jamu yang terkenal di seluruh Indonesia yang telah berdiri sejak 1918 (ngga cape tuh berdiri selama itu?) :mrgreen:
Ada ayam kampung, tentu ada sebutan lain yang juga semakin merebak, mencuat setelah kehadiran atau populasi saingan hewan ini karena dibawa ekspatriat yaitu Anjing luar negeri, Anjing impor atau Anjing Bule. Saya harus berhati-hati menuliskan Bule karena bisa diartikan (sebab memiliki ke-homofon-an dengan Bulik), tapi demi deskripsi ide mohon maaf ya Bule :D
Klub anjing saya bertambah semenjak kelahiran sepuluh ekor, jumlah yang wow untuk seukuran hewan tiga kali lebih besar dari kucing atau bahkan lebih mirip seperti berang-berang. Bedanya mereka berlarian di darat, sementara berang-berang bisa berenang dan mencari ikan di sungai atau kolam. Anjing saya yang sepuluh ini satu persatu diberikan kepada teman dan kolega dan yang terakhir mati terlindas ban mobil saat saya memarkir. Ada ironi tapi juga ada rasa happy, anjing saya banyak tetapi lama-kelamaan banyak anggota yang tidak tau diri ini, sama seperti anggota organisasi yang tidak mandiri dan maunya menang sendiri. Menghalal segala cara kekerasan, bullying, provokasi, idiotisasi agar muncul kesetiaan dan loyalitas. Selalu ada yang diangkat sebagai ketua, tanpa sekretaris dan bendahara, untuk apa komplotan anjing kampung pun memiliki struktur organisasi manajemen? karena mereka tidak tau sekolah dan tidak mau tau namanya organisasi !
Komplotan anjing memiliki pimpinan, yaitu sang Mama. Sebagai Ketua komplotan , Mama memiliki cukup kuasa walau sering saya perhatikan dan amati, Mama lebih banyak mengalah saat kalah berburu atau kalah berebut makanan saat makan siang dan senja hari, di halaman belakang.
Si Mama memiliki moncong pendek kaki pendek, badan panjang dan kalo berlari pinggulnya bergoyang ke sana kemari, bak gadis cantik dan seksi, Mama memiliki pesona yang sanggup meluluhlantakan perasaan pejantan-pejantan muda dan pejantan negeri seberang yang sering berlari-larian dan hanya bisa memandang dari luar pagar saat Mama masih jomblo atau sedang menunggu musim birahi. Sering antar pejantan ini melakukan kompetisi, bahkan ada yang harus merelakan sebagian anggota tubuhnya terluka berat, cacat hingga kehilangan nyawa.
Pernah suatu ketika si Mama sedang berada di luar halaman dekat jalan besar, datanglah beberapa pejantan mendekat, sambil menjaga jarak mereka memandang target incaran, anjing cewe ini, sambil mengawasi satu sama lainnya. Saya yang cukup risih dengan kehadiran para penjantan tak tau diri, segera mengambil posisi dan menyiapkan pentungan serta sumpitan, alat untuk memberi efek kejutan ajaib jarak jauh tanpa remote dan tenaga besar serta akurat untuk jarak menengah. Rupanya Mama sungguh tau akan betapa memesonanya dirinya, ia sengaja berlenggang-lenggok bak peragawati Veronica's Angel atau Victoria Secret yang sering tayang di FTV, saluran televisi fashion dan mengumbar hedonisme ala imperialis borjouis kiblat barat. Pejantan-pejantan tua dan muda, yang sudah konak dan tak lagi mampu mengendalikan hawa nafsunya berebut mendekat, bak pembeli obat melihat penjaja obat yang menguraikan khasiat hebat dari herbal atau kesaktian maupun kesakitannya. Saya segera mengambil beberapa tindak, menentukan arah yang tepat berdasarkan hembusan angin dan sudut elevasi untuk melepaskan peluru tiup, pembubar massa. Sekelebat sebuah peluru menyambar seekor pejantan putih langsing yang besar serta merta bubarlah keributan itu dan bersamaan ada sebuah truk datang dari arah utara dengan kecepatan tinggi menghampiri pejantan hitam lembek yang juga besar tapi sepertinya rabun senja karena tidak melihat sinar pelita kendaraan besar pengangkut material sudah berada di belakangnya. Akibatnya tragik dan fatal, bruukk tanpa terdengar decitan rem dari sang supir yang sudah penat dan kepayahan menjalani rute panjang menuju kota ini. Seketika nyawa pejantan hitam yang rabun senja tadi melayang, entah ke mana, meninggalkan jasadnya di tengah jalan. Untunglah dunia sedang tidak ramai, karena keadaan senja hari, di mana matahari sudah bersiap-siap mengatup mata menuju peraduannya di barat dan rembulan sedang enggan untuk datang karena belum malam mingguan.
Sepeninggal pejantan hitam yang semula sebagai saingan, rupanya pejantan yang lain pun tau diri, mereka menjadi mawas diri dan tidak mau mendekati Mama, yang sekarang menjadi Idola pencabut nyawa, si Black Widow. Siapa yang berani mendekat berarti maut siap-siap menghampirinya.
Di mana posisi saya selaku pengamat dan pengganggu? Saya hanya membubarkan kumpulan massa anjing yang berada di tepian jalan, perkumpulan anjing yang sering mengacaukan perjalanan pengguna jalan raya selain menghebohkan pandangan para tetangga yang sedang duduk-duduk santai depan ruko saya, biar dunia mereka menghakimi dan menilai kesalahan itu.
Saya tetap memprihatinkan sikap para anjing-anjing tak tahu diri, hobinya mendekati pujaan hati tanpa melihat potensi keselamatan diri. Itulah bahayanya jika sedang birahi. Semua akal dan budi hilang sirna ditelan kebodohan dan hawa nafsu belaka.